Who I am

Agus Setiawan, adalah pria kelahiran jakarta keturunan jawa. Meskipun besar di jakarta, kampung halaman orang tuanya di kebumen adalah isimewa baginya yang tetap harus dikunjungi setiap tahunnya. Kegemarannya sebagai penggiat alam bebas, hobby mendaki gunung, juga berprofesi seorang desainer grafis, interaksi sosial merupakan hal yag selalu ditemui dalam perjalanan hidupnya. Karena menurutnya segala sesuatu yang ditemui dalam kehidupan selalu berbuah hikmah, maka apa yang ditemui dan di rasakan terkadang selalu dituangkan dalam tulisan. Agus juga menyukai puisi dan sastra, baginya sepeninggal hidupnya hanya tulisan yang bisa menghadirkan dirinya untuk tetap hidup......Oleh karena itu agusonpapers.blogspot.com adalah kamar dan ruang baginya untuk menumpahkan apa yang ingin ditumpahkan dengan semangat persahabatan,  berbagi dan membawa manfaat bagi orang lain. Selamat membaca dikamarnya!

RUANG HAMPA DI KALIMATI

photo: agusonpaper


Sore di Kalimati

Namaku wildan, setiap aku berada dalam sebuah obrolan di mana di dalamnya terucap kata mahameru atau kalimati, otakku langsung kembali mengingat dimana ruang hampa yang aku temui saat dahulu berada disana. Ruang yang berada diantara hamparan luasnya kalimati, disana aku menemuinya…Dada yang sesak, tenggorokan yang berat, degup jantung yang berdetak cepat, serta udara yang sangat sulit untuk dihirup.

Mayang, dia salah satu wanita dalam rombongan kami yang melakukan pendakian saat itu. Dia lebih daripada sahabat, aku sangat menyukai dan menyanyanginya, lembut, hangat,  baik pribadinya serta manis parasnya. Hampir setiap hal apapun aku berusaha memberikan yang terbaik saat dia membutuhkan pertolongan maupun bantuanku dalam keseharian meskipun kami berbeda kota. Pendakian mahameru adalah pendakian gunung tinggi pertamanya, bersama kekasihnya yang bernama Dirga, kami bersama dalam satu tim rombongan yang berjumlah kurang lebih 20 orang dalam pendakian itu, sedangkan aku sendiri menjadi salah satu dari tiga leader dari tim pendakian tersebut. Dalam hatiku yang bergumam untuk mayang, aku bertekad untuk berupaya melindungi dan membawanya sampai ke puncak dalam pendakian itu, karena aku tahu mahameru adalah impian yang sudah lama dia harapkan.

Sore menjelang maghrib, hari dimana malamnya kami akan melaksanakan summit attack, aku memisahkan diri keluar dari kerumunan tim yang sedang melingkar beristirahat menanti datangnya malam, di antaranya ada yang memasak dan membereskan perlengkapan, sambil aku memberitahukan ke rekanku Danang, bahwa aku akan mengambil air ke sumber mani, untuk persiapan cadangan darurat summit tim. Danang pun mengangguk tanda mengerti sambil memberikanku jalan dari kakinya yang sebelumnya menghalangi, kemudian akupun bergegas menyiapkan wadah dan kemudian bergerak, tanpa mengundang perhatian tim.

Tiba-tiba muncul suara dari belakangku…“Wildan…mau kemana, ini dah mau gelap….! Mayang memanggilku,

Aku yang sedikit agak kaget pun menoleh…

Aku : Loh..May, ngapain kamu disini ngikutin aku…kembali ke tenda sana, Dirga nyariin kamu nanti..!
Mayang : Willdan... sejauh ini jangan fikir aku ngga merhatiin kamuu…aku membutuhkan kamu, aku ngga mau kamu kenapa-napa…!
Aku : Hmmmm….Dasar perempuan aneh kamu May,! Ada pacar sendiri masih khawatirin orang laen….!
Mayang : “Bodo…, kalau kamu ngga ngasih tau mau kemana, aku akan ikutin kamu..!
Aku : “Haduuuuuuh…nih cewek satuuuu…., Okay, aku mau ambil air buat cadangan, buat backup kamuuuu juga! Faham! Sebaiknya kamu balik ke tenda, inget mayang, ada orang yang sangat mengkhawatirkan kamu di sini tau ngga! dan soal air, ini adalah tugasku….buruan kembali sana!
Mayang : “Baiklaaah…”Wil, kamu tidak perlu menjadi hero di sini, dan di tim ini..”, sejauh ini kamu dah cukup menjadi Hero buat aku…!
Aku : Aaaaaah bawel…!

Mayang pun membalikkan badan kembali ke tenda dan kerumunan, aku masih memandanginya sampai beberapa langkah ketika ia menjauhiku…

Mayaaang…! Aku tau kamu itu rentan banget sama dingin, dan males makaan..siapin SB mu di dobel dan paksa kenyangin perutmu sekarang sebelum tidur yaa, biar nanti malam kamu sehat….! Ujarku memanggilnya sambil berpesan.

Mayang : “Jieeee…jieee perhatiaan jugaa rupanyaaa diam-diaam…ahaaay!”, jadi yang khawatir sama aku...dirga atau tau tau tau….!  dia menjawab sambil meledekku..

“Tauk ah, siaal!…….sambil menjulurkan lidah tanda kesal, aku pun melenggang lanjut menuju sumber air untuk mengambil air.

Sumber Mani adalah satu-satunya sumber air yang terdekat dan terbaik di kalimati gunung semeru. Airnya gemericik memancur, bersih sekali, bening dan sangat dingin. Ketika bersentuhan dengan kulit seolah syaraf yang menghubungkan jari dengan ubun-ubun dan telapak kaki langsung terkontraksi. Berada di sebuah lembah yang dalam, hening dan senyap, hanya ada wangi hutan dan lembab kabut disana, sekeliling mata memandang hanyalah pinus dan hutan lebat dan rapat, aku sempat berada lumayan lama disana, untuk sekedar merekam kedalam otakku suasana keindahan dan keasrian lembah hijau yang lembab, dengan suara gemericik air yang sendu, sambil sesekali menggigil karena dinginnya suhu disana. Luar biasa, melalui kesunyian seperti ini saja sudah bisa membuat ku terpesona dan bangga atas alam dari negeriku yang salah satunya ada seperti ini. Aku mengambil mengambil air secukupnya disana dan mempersiapkan untuk sebagai cadangan darurat selain daripada air yang sudah tersedia di tempat tim kami menenda.

Malam Menjelang Summit Mahameru

Setelah mempersiapkan segala sesuatunya di dalam tendaku, kemudian berkoordinasi dengan dua orang rekanku Danang dan Fariz, Karena summit saat itu dibagi menjadi  tiga kelompok kecil, dimana masing-masing kelompok akan di pimpin oleh Aku, Danang dan Fariz.
Satu per satu tenda terbuka dan peserta pendakian keluar dalam keadaan siap, berjaket, senter, dengan botol minum di kantongnya. Dari 20 orang peserta yang mendaki hanya 15 orang yang akan melakukan summit, selebihnya memilih tinggal di tenda dan salah satunya adalah dirga yang memang saat menjelang kalimati dia memiliki masalah dengan lututnya karena cedera. Saat itu aku melihat mayang dan dirga seperti ada perdebatan kecil sambil berdiri di antara tendanya yang terpisah, namun aku tidak memedulikannya, meskipun aku sangat berharap mayang tetap melaksanakan summit meskipun tanpa dirge. Lagipula, sepertinya pikiranku akan berkecamuk memikirkan banyak hal, kalau pada akhirnya mayang tidak ikut, mau ngapain mereka di kalimati sampai pagi tanpa adanya aku dan leader lainnya di tim ini…huuuftt…! wanita memang sangat mengganggu pikiran, meskipun coba untuk tidak dipikirkan.

Dirga : “Bang wildan…!” jagain mayang ya, titip mayang dia bersikeras pingin summit…biar dia masuk kelompok lo aja, jangan ke timnya bang danang atau fariz…

Aku : “Lo fix ga ikut?,” kalau lo mau coba naik dulu tetep gue bantu kok, kalau dah ga sanggup ya turun lagi, tetep gue anterin, selow aja…
Dirga : “Ngga usah lah…nyusahin tim malah, gapapa biar gue istirahat aja disini, biarin si mayang, anggap aja dia mewakili gue dan hati gue untuk sampai diatas sana.”

Aku sengaja sengaja tidak menatap mayang saat itu, sekilas yang ku lihat raut wajahnya yang seperti kesal atau kecewa karena dirga tidak bersamannya saat summit, mungkin impian-impian mereka berdua untuk berada dipuncak berdua kandas oleh keadaan.

Setelah semuanya siap, perjalanan summit pun dimulai…Mayang dengan tas kecilnya mulai bergerak dalam kelompok kecilku, masih dengan wajah murung dan tidak bicara, akupun enggan untuk memulai pembicaraan dan menanyakan apapun ke dia, namun aku sudah mempersiapkan yang terbaik untuk mayang agar dia sampai ke puncak dengan maksimal.

Jarak antara orang perorang dari timku serta tim yang lain sudah renggang dan terpisah, satu jam kemudian kami melewati pos arcopodo, dan langsung lanjut menuju kelik batas vegetasi dan masuk ke cerukan jalur pasir tanda medan pendakian sesungguhnya dimulai. Antara tim satu dan tim lainnya diantara kami sudah putus komunikasi, masing masing sudah fokus dengan rekan timnya, kemudian satu jam selanjutnya jalur sudah menapaki pasir yang berat sekali, setiap empat kali melangkah selalu merosot dua langkah, sangat melelahkan. Saat itu aku ingat pasir dan kemiringannya mirip pasir merapi, tapi semakin melangkah keatas, aku mengakui pasir mahameru ini sulit dan melelahkan sekali diantara pasir di gunung merapi.

Dari kalimati memang sudah tak terhitung sudah beberapa kali aku menghentikan perjalanan untuk berhenti istirahat, suhu dan hawa saat itu memang sangat membuat mata ngantuk di samping juga karena kelelahan. Akupun mengarahkan tim ke sebuah cerukan pasir lalu bersandar disana, disitu aku menyuruh timku beristirahat sambil mengawasi serta mempertahankan suhu tubuh mereka, aku terus memperhatikan kondisi setiap gerakan wajah, mata, dsb, agar terhindar dari gejala hypothermia. Saat mereka tidur aku berpindah ke sebuah cerukan batu, di antara tanjakan pasir yang agak sedikit datar, disana aku membongkar daypack, kemudian memasak minuman hangat dan makanan ringan. Kemudian aku memberikan ke  orang dalam kelompokku yang kelelahan yang duduk tidak jauh didepanku, kemudian terakhir adalah mayang yang duduk di sampingku. Di situlah aku memulai pembicaraan dengannya, di mana sebelumnya komunikasi hanya sekedar isyarat saja untuk mengarahkan arah jalan.

“Kamu minum nih, dan makan ini juga..,” kalau kamu masih ingin punya cerita atau menceritakan soal puncak mahameru ke dirga, atau orang lain yang ingin kamu mau ceritakan kelak, atau mungkin juga mewujudkan mimpimu sejak lama gituu..!”
“Aku akan antar kamu sampai kesana sesungguh-sungguhnya…”namun jika memang kamu mau kembali ke kalimati, ke tendamu untuk menemani dirga, meskipun sudah sejauh ini pendakian kita…aku juga akan tetap mengantarkanmu turun sampai sana agar perasaan kamu lebih tenang, dan tidak berdiam diri seperti ini terus…! Inget tadi pesannya Dirga kalau kamu mewakili dirga, dan aku dititipnya untuk menjagamu…” Ujarku sambil menyodorkan susu panas dan roti ke tubuhnya…

Mayang : “ Makasih yaa……I’m fine!

Kemudian Mayang menghabiskan minum dan makanan yang kuberikan, lalu setelahnya kami melanjutkan pendakian menuju puncak mahameru meskipun dengan lambat dan tertatih. Akupun membereskan perkapku kembali kedalam tas dan melanjutkan perjalanan….srasaat srosoot srasaat srosoot…injakan pasir yang sulit untuk di tapaki, lelah sekali, kami mendaki tanpa suara…begitu hening…

Pasir Mahameru

Aku melihat jam menunjukan pukul 03.00 wib, kelompokku masih dalam upaya pendakian, mayang hampir dari terakhir kami istirahat makan ia tidak bersuara, ia sangat konsentrasi dengan nafasnya, dengan langkahnya dan dengan pengaturan air minumnya, juga dengan ketahanan tubuhnya menahan dingin…Sampai pada titik di tengah jalur pasir, kondisi saat itu sangat lelah, tanda-tanda puncak pun masih jauh sekali, sedangkan fisiknya saat itu sedikit demi sedikit mulai turun. Untuk ketiga orang timku yang lain masih tetap melanjutkan pendakiannya karena fisiknya tidak terganggu. Di awali dengan kantuk dan juntai saat melangkah, aku mengarahkan mayang ke balik batu untuk menghindari angin lembah yang sangat besar dan dingin. Mayang duduk bersandar di situ, sambil terengah-engah menahan lelah serta mengatur nafasnya. Diantara debu dan lalu-lalang pendaki yang melewati posisi kami, satu-satunya hal yang bisa aku lakukan terhadap mayang adalah menenangkan dan memotivasinya.

Aku duduk disampingnya, berdiri lalu duduk, berdiri lagi memperhatikan kondisinya sampai kembali tenang, sambil menggerakkan badan untuk menghangatkan tubuh, sesekali bernyanyi, sesekali puisi, sesekali teatrikal jadi naruto, sinchaan…(salah satu cara mengatasi dingin adalah bergerak dan bersuara).

“Wildaan..! kamu itu berisiiik tau ngga…! Noraak ih..!” Teriak mayang kepadaku…

“Eeeeh…..kamuuu yaa, ini aku lagi ngehibuur kamuuu tau ngga…biar kamu ngga mati cemberuut! Jawabku… ya sudah sekarang gini, aku kasih pilihan nih, mau turun apa lanjutt?
Huufftthh….akhirnya aku memberikan dua pilihan kepadanya saat itu, karena melihat waktu yang semakin pagi dan masih jauh dari target puncak…! aku bicara sambil menunjukan telunjuk ke wajahnya….

Sesaatnya aku pun duduk kembali di sampingnya menghadap langit mahameru malam itu yang cerah, terhampar kalimati yang terpancar cahaya bulan, serta terpaan debu pasir yang tertiup angin… malam itu sangat indah, bintang bersinar terang sekali bahkan rasi-rasinya membentang dan tampak sangat jelas…

Aku mengarahkan telunjuk ke langit sambil berbicara ke mayang…
“Mayang…lihat deh, kalau kamu suatu saat akan bercerita soal keindahan yang kamu miliki dari negeri ini di waktu malam, kamu harus ingat malam ini, di pasir mahameru ini…anginnya, debunya, hamparannya yang seluas ini, dan kamu liat wajah-wajah itu yang sedang berjuang hadir disini dengan tujuan yang sama dengan kita…merasakan indahnya alam yang tergambarkan dari sini, kamu harus sampaikan dan ceritakan ini pada dunia…sinar terang langitnya luar biasa!
“Tuuh…lihaaat ada rasi bintang pari, andromeda, aquarius, dan rasi mayang dan Kura-kuraa….”

Mayang :…”Ngacooo, mana ada rasi bintang aku dan kura-kuraaaa…Halusinasi kamuu daan…! mayang memukulku sambil tertawa kecil dan kemudian menangis menumpahkan air mata….

“Wildan, kamu mungkin ngga tau apa yang hatiku rasakan saat ini, berkecamuk…! entah di mana saat ini hatiku berada, apakah ada pada dirga, pada mahameru...atau ada pada perjalanan ini…..”kamu itu baiiiik sekali dan aku tidak bisa menahan lagi untuk mengatakan kalau ternyata hatiku sangat menyayangi kamuu wildaan..!” sambil menangis sesenggukan mayang mengucapkan itu dan kemudian memelukku kencang sekali di atas pasir dingin bisu mahameru dibawah bintang yang gemerlap malam itu …

Gleeek..Jleeeb..duaar!! Seperti ada bintang jatuh di sampingku membentur batu….Aku diam seribu bahasa dengan hati yang stuck..! sambil membiarkan tangisan mayang tumpah sampai ia melepaskan pelukannya…Deg..degan...bingung dengan apa yang disebut cinta dan rasa, diatas ketinggian yang orang menyebutnya mahadewa…pasir mahameru dini hari dalam baluran pasir yang tertiup angin ke tubuhku.

Aku : “Baiklah, kalau sekarang sudah lebih plong perasaanmu.…makan dulu ini, dan minum sekarang ya,!” kita lanjutkan, kita tuntaskan pendakian hingga ke puncak…kita susul yang lainnya, aku akan membantumu sampai kesana, sambil menyodorkan roti dan tumbler air minumku kepadanya. Dalam hatiku masih terngiang memikirkan apa yang mayang ucapkan barusan.

Tak lama berselang kami melanjutkan pendakian dengan tertatih-tatih, di mana aku sambil berulang kali memotivasi, kadang menarik, mendorong, memberikan air dan begitu seterusnya. Aku tidak melihat ketiga anggota kelompokku yang lain, namun sepertinya mereka sudah lebih dulu sampai di puncak. Tenggorokanku sudah pahit sekali dan kering rasanya, aku mengatur pola minumku dengan sisa air yang kumiliki di tumbler yang terpasang di pinggang, meskipun aku memiliki air cadangan dalam daypackku, namun sengaja aku maksimalkan untuk mayang dan juga untuk ketiga anggota kelompokku jika mereka darurat membutuhkan air.

Akhirnya…..Alhamdulillah pukul 06.150 wib pagi, mayang dan aku menginjakkan kaki di puncak mahameru, aku tak perlu banyak menceritakan apa yang ada di puncak kecuali indahnya lukisan alam yang maha dahsyat, terukir dan tergambar sempurna menembus retina seolah saat menatapnya membuat kosong pandangan dan berhenti bergerak tubuh ini sesaat, melihat mentari pagi yang membias punggungan pasir serta hijau dan keemasan hutan kalimati di bawah sana, gulungan-gulungan awan yang terpintal seperti kapas, terajut panjang membentang menyisakan penampakan puncak-puncak gunung di sekitarnya yang hanya tampak pada ujung-ujungnya saja, ditambah bau khas belerang yang menguatkan wangi sebuah puncak, bunyi gemuruh serta tarian asap letupan dari kawah jonggring seloka diatas mahameru saat itu. Pasirnya, bebatuannya yang dingin, banyaknya aura semangat dan senyum para pendaki yang terbius oleh candu alam membuat rasa cinta yang begitu dalam atas bumi Indonesia, tanah air yang memiliki aset keindahan syurga dunia melalui gunung semeru ini, sungguh  dengan penuh rasa syukur…!

Aku melihat mayang tak bersuara ketika sampai di puncak, karena tingkat keletihannya yang sangat, lalu aku mendekatinya sambil memberikan senyum terbaik karena aku bangga bisa membawanya dan mewujudkan impiannya, terlepas dia mendaki untuk mewakili siapa dan untuk siapa. Mayang membalikkan tubuhnya dan melihatku, ia berlari ke arahku kemudian memelukku kembali dengan eraat sekali….sambil sesekali mengadah menatap mataku dengan airmata yang basah di mata dan di pipinya..

“Terima kasih wildaan…terima kasih…buatku ini adalah hadiah terbaik dan terindah atas semua keindahan dan atas tumpah semua rasa yang ada di hatiku,…aku ingin mengatakannya kepadamu wildaan yang baik, yang selalu berusaha hadir dan ada untukku selama ini, Aku bukan hanya membutuhkanmu dan menyayangimu…Akuuu mencintaiii….muuu…wildaan…!”

Saat itu, sama seperti saat berada di tengah pasir mahameru malam tadi, aku hanya tetap merasakan rasa yang menohok, entah bagaimana menceritakannya, bagaimanapun mayang merupakan kekasih dirga, dan dirga juga sangat mencintai mayang…aku hanya berupaya baik karena aku menyayanginya lebih dari sahabat dan aku senang saat melihat dia bisa melalui berbagai masalah, begitu juga saat melihat dia merasa bahagia. Aku pun membalas pelukannya dan kemudian kami berdua tertawa lepas merayakan kegembiraan saat itu, sampai tak lama kemudian aku bertemu dengan ketiga anggota kelompokku yang lain, yang ternyata benar mereka tiba lebih dahulu di puncak mahameru. Kami pun mengobrol dan beristirahat, kali ini mayang sudah lebih ekspresif ceria, dan lepas, bahkan saat itu gantian dia yang repot membuatkan masakan dan minuman hangat untukku dan  ketiga orang lainnya dengan penuh semangat.

Disela-sela perbincangan aku membuka ponselku dimana di dalam noted aku pernah menyimpan sebuah puisi yang ditulis oleh seorang pujangga sastra yang juga penulis buku prasasti hati ketika ia berada di puncak semeru. Aku mencoba meresapi setiap makna dan rasa dari puisi tersebut, ternyata kedalaman rasa yang ia rasakan saat menulis puisi tersebut aku bisa benar-benar bisa merasakannya... Bahkan aku membacakannya dengan keras puisi ciptaannya itu dihadapan tim kecilku dan para pendaki yang ada disekitarku, termasuk dihadapan Mayang.

“Ketika verbal terucap sebagai bahasa… tuturnya lembut seperti mengalun tulus… mendayu-dayu mengalir melewati sentuhan…yang rasanya hangat seperti pelukan Bunda.. Kalau saja cahaya aurora dan bintang bisa dipetik…Maka telah kukantungi beberapa bilah daripadanya…Yang menyala menerangi pasir malam. Baru sekejap bulan diatas kepala…Waktu begitu cepat mengetuk, kemudian menggesernya dengan matahari…
Letupan pertama mengoyak jiwaNamun mata terus mengejar rasa, setapak dan setapak… Mahameru diantara abadinya puncak dewa…Dengan riuh jonggring seloka bersama cinta.. –agussetiawan-

Kami sungguh-sungguh menikmati dan memaksimalkan keberadaan kami di puncak saat itu. Setelah menikmati puncak, recovery tubuh, dsb…kulihat jam menunjukkan Pukul 09.00 wib mendekati batas waktu warning berada di puncak mahameru, sebelum turun, kelompokku menyempatkan berfoto dan berpamitan meninggalkan senyum kepada kawah jonggring Seloka. Ini nusantaraku, terima kasih Ya Rabb Kau mengizinkan takdir-Mu untuk kami sampai disini dan pastinya semua ini tidak akan mungkin bisa dilupakan. Kami pun menuruni kembali pasir mahameru, kali ini dalam keadaan yang terang disinari matahari, aku masih tetap berada persis dibelakang mayang untuk menjaganya agar tidak jatuh maupun terluka, terus turun perlahan sambil bercerita ringan, kebalikan saat mendaki yang penuh dengan keheningan. Sesekali ia terjatuh dan kemudian bangkit menggapai dan menggenggam erat tanganku, pijakan-pijakan pasir perlahan menyampaikan kami melewati batas vegetasi kelik, dan kemudian melewati arcopodo.

Ruang Hampa Kalimati
Perasaan ku sedikit gelisah dan berkecamuk saat melewati arcopodo menuju kalimati, dimana sesaat lagi mayang yang beberapa saat lalu lepas dengan semua perasaan dan paras manisnya bersamaku kini kembali pada kekasihnya, saat itu jarak antara mayang dan aku hanya terpaut 5 meter saja. Sesaat menjelang kalimati, sudah berdiri dirga dan beberapa teman lainnya, yang sudah berdiri menunggu dan menyambut kekasih yang sangat di cintainya mayang yang berhasil mencapai puncak mahameru dengan baik dan membanggakan…Dirga menyambutnya dengan pangiilan sayaang, dengan air teh hangat dan makanan ditangannya yang akan diberikan ke mayang, meskipun mayang menerima sambutannya dengan sikap dan senyum yang datar. Aku melihat dihadapanku dengan mata kepalaku dimana dirga mulai menyambut mayang dan kemudian merangkulnya penuh cinta memandu untuk kembali ke arah tenda kelompok berada. Tahukah…! diantara percabangan menjelang pos kalimati sisi timur, dalam jalur setapak, yang di sisi kiri kanannya ditumbuhi belukar yang tidak tinggi, saat itu aku berada di ruang hampa udara menyaksikan itu, paru-paruku menyempit, berat sekali nafas rasanya, tenggorokan seperti tercekik dan kulit seperti terikat dan berkeringat sambil memaksakan bibir ini untuk tetap tersenyum, aku terus berjalan dengan langkah kakiku yang seperti mengangkat belenggu besi, melewati mereka berdua….Mayang menoleh ke arahku dan menatap wajahku, namun aku mencoba memalingkannya dan terus berjalan menjauhinya menuju ke tendaku.

“Bang Wildaaan….!....Thanks ya bro, lo dah jagain dan bawa mayang ke puncak dengan selamat, gue ngga bisa ngasih apa-apa….!” Wildan memanggilku, melepaskan rangkulan mayang dan kemudian menuju ke arahku dan memelukku…

Aku : “Hehehe….ngga papa, emang tugas gue kok…!” oh iya Ga…, Mayang perempuan hebat tuh, lo jagain bener-bener….! Aku membisiknya sambil memberikan jempol dan kemudian terus berjalan, sesekali menoleh ke mayang, sambil berharap mereka berdua hilang dari pandanganku hingga aku bisa keluar dari ruang hampa kalimati saat itu.


Itu adalah pertemuan dan kebersamaanku  yang terakhir bersama mayang, selanjutnya aku berpisah dengan rombongan tim saat kembali dari kalimati karena aku harus melanjutkan perjalanan ke ranu pane, sedangkan rombongan masih harus tinggal untuk beberapa waktu lagi. Meskipun aku tidak pernah bertemu lagi dengannya, aku bahagia bisa mengantarkannya ketempat yang diimpikannya saat itu, tempat di mana berkali-kali ia ucapkan soal mimpinya ingin ke mahameru, dan akhirnya ia mendapatkan semua keindahannya. 

Seperti saat ini dimana ia sudah mendapatkan semua keindahan lainnya yang dia impikan dan damai dengan tenang di SYURGA, bahagia selalu untukmu mayang dengan segala ketenangannya disisi Allah SWT, dari seseorang yang menyebalkan namun menyayangimu…Wildan…

Balada Portal yang Terfitnah

ilustrasi portal karcis dengan pos petugas didalamnya

Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2005, dimana hari yang sangat melelahkan. Siang menjelang sore pada hari itu di sekitar perkantoran pusat perbelanjaan daerah fatmawati, dimana aku tidak pulang karena menyelesaikan deadline layoutan buku yang harus di produksi cetak dalam waktu dekat, sehingga aku harus menginap beberapa hari hanya untuk menyicil pekerjaan agar tidak terlalu menumpuk dengan pekerjaanku yang lainnya. Saat itu Gondrong sohib karibku sedang main ke kantorku dan menunggu hingga aku sedikit senggang, karena kami berdua punya rencana akan pergi ke suatu tempat untuk mencari sesuatu.

Sekitar pukul 14.30 wib, aku sudah bisa meninggalkan pekerjaanku dan kemudian mengajak Gondrong keluar meninggalkan kantorku lalu menuju ke parkiran motor untuk mengambil Vespaku yang sudah beberapa hari terparkir tanpa dinyalakan untuk sekedar dipanasi, dan terjadilah masalah dimana akhirnya vespaku sulit untuk dihidupkan, bahkan sudah beberapa kali di selah tetap saja tidak mau hidup.

Aku : “Ndrong…Lu lagian kesini kenapa ngga bawa motor siih, kan jadi bisa pake motor luu…! Susah nyalanya nih vespa gua..”, Lu dorong dulu dah…”

Gondrong : “Aaaah kelakuan lu mah, sekali-kali gue tinggal duduk manis ikut sama lu aja susah amat…adaaaa ajaaa dah ah…!Aaah elaah masa guee doroong sih, bener-bener kaga ngehormatin tamuu banget lu sraak”!

Aku :…”Aalaaah bawel lu ah…dah buruaan doroong..!

Gondrong pun mendorong vespa sambil aku menaikinya untuk mengendalikan persneling dan kontaknya agar mesinnya hidup, namun setelah dua kali bolak-balik dorongan sambil berlari vespa tak kunjung hidup….Gondrong menendang spakbor belakang vespa ku….sambil memarahinya.

Gondroong : “Deeuhh…deuuuh lu maaahh…ngeseeeliin ngeseeliiin vespa siaalaan…”!! Daah aaah sraak gilaa lu capeee gueee”, bau keteek lagi dah guaa keringetan giniii…!

Aku :..” Heh sembarangan luu vespa gua dibilang sialan,….sekali lagii daah…tadi dah mau idup..! Pliiiss sekali lagi ya, kalau ngga hidup juga gua kipasin lu dah biar adem…abis itu gua beliin teh botol..!”

Dengan terpaksa dan wajah yang merengut akhirnya dia menyetujui untuk mendorong satu kali lagi dari ujung basement ke ujung basement yang lain…Gondrong mulai mendorong dari berjalan pelan, setengah berlari, sampai kemudiaan berlarii….

Gondrong:..”Naah…naah….Sraaak masukiiin ggigiiiinyaa terus tariiiiiikk gasnyaaaa……naaah terooooossss!!!

Daaan….”Trrrrrrinnnnggg…ting..tingg…tingg…tiing…tiing…tinggg…triiiing tiing…tingg tiinggg”, Vespaku kini sudah menyala akibat hentakan tadi….

Aku : “Alhamdulillah…, gimanaa nih, lu mau istirahat dulu atau mau langsung cau aja niih..?

Gondrong : “Langsung ajaa dah, ntar ngopi disana aja, kalau ngga beli air  minum di depan aja atau dimana kek sambil jalan…”! Awaas mati lagi vespa luu..”

Aku : “Ya udah naik deh lu buruan, keburu sore juga ngga enak disananya..”!

Gondrong pun segera duduk di jok belakang, dan aku memulai perjalanan sore itu bergerak naik keatas dari basement menuju gerbang karcis keluar, dimana saat itu parkiran sudah menggunakan security parking. Aku sendiri merupakan langganan, sehingga tidak perlu membayar saat menyerahkan karcis, karena biayanya dibayarkan bulanan oleh pihak kantorku. Antrian motor keluar tidak begitu ramai sore itu, hanya ada dua motor di depanku, sedangkan di belakangku ada satu motor namun tampaknya masih belum bergerak sedangkan jarangnya terpaut sedikit jauh dari posisiku berada.

Aku: “Ndrong nih karcis lu pegang, nanti lu kasihin ke abang karcisnya di loket, langganan kok gua, jadi cuma nyerahin karcis aja.

Gondrong: “Oke…ngomong ngomong enak juga suasana perkantoran sini ya srak, adem, kalau bete tinggal masuk mall.., kalau gue yang disini bisa-bisa ngga pulang pulang ini..”

Gondrong mulai meracau sambil duduk dibelakangku, namun aku tidak begitu menghiraukannya, karena aku memperhatikan motor di depanku yang sudah mulai bergerak maju meninggalkan loket….

Portal karcis telah terbuka motor didepanku pun bergerak maju, karena jalannya begitu lambat akhirnya gemees aku tidak sabar untuk memencet klakson untuk memintanya buruaan maju keluaar.  Motor tersebut pun bergerak maju, melewati portal dan aku di belakang mengikutinyaa dengan refleek…..Eeehh..eh…eehh…Sraak…sraak …sraaaak..!!

Tiba-tiba...

“BBRUAAGKKKK…PRAAK…BLONTAANG…..BRUK BRUAAAKKGGHH!....Waduuuh Biyuuuuunggg!!!!” Portal karcis otomatis menutup dan menghantam kepala gondrong….hingga hancur lepas pecah menjadi beberapa keping, cover fiber plastik dan beberapa bagian diantaranya….

Aku tampak 'hang' sejenak karena terpental dari motorku ke sebelah kiri, vespaku ambruk, sedangkan gondrong terpental ke sebelah kanan dalam posisi  terjengkang dengan kondisi helm terputar terbalik kebelakang,  ibarat Gaban yang lagi diserang monster teraniaya sendirian  ditinggal pasukannya….Sambil menerawang aku bertanya-tanya apa sesungguhnya yang terjadi barusan…..

Gondrong : …”Gimanaaaa sih lu sraaaaak….otak ngga dipakein spioon apaaah…gila lu yaa, gua baru juga mau naro karcis luuu main jalaan ajaaaaah…” Untuung gua pake helem…!!

Aku : ..”Sory...ngelamun gua gegara motor depan tadi…Lu kenapa sih”!

Gondrong: “Kenapa kenapa….dah ngontal masih nanya kenapa…nooh liat ancur, untung kepala gua ga ikutan ancur…! Bodo banget sih luu…maluuu gua maluuuu..!

Aku : “hahahaha…Lu juga siih, bukannya teriakin tuh abang karcis suruh jangan pencet dulu portalnya biar ngga nutup…”!

Gondrong : “Tataap..tutuup tataap tutuup…emangnya klakson pake pencetan, itu kan otomatis nutup dodool…!

Aku: “aaaahhh udeeh udeeh…nah looh orang pada ngerumun kesini kaan, diri..dirii ah…maluuu gueee…maluuu..!”

Aku pun berdiri sambil memeriksa kaki dan tubuhku apakah ada yang terluka, kemudian orang-orang mulai berkerumun mengelilingi kami, beberapa ada yang berusaha mencoba membantu untuk mendirikan vespaku kembali. Aku tidak bisa berkata apa-apa kecuali rasa malu saat itu, namun saat kejadian memang tidak ada yang melihat kecuali tukang karcis dan motor yang masih agak jauh di belakangku…Aku memperhatikan gondrong yang juga saat itu kembali berdiri, namun saat berdiri dia berbicara dengan nada sedikit berteriak…

Gondrong : “Hadoooooh…gimanaa sih niih, Duh maaas maaaas…Mbok ya tolong kalau nutup portal ituu tunggu orangnya lewaaat gitu loooh!! Kaya gini kan bahaya, coba kalau ini kejadiannya terjadi sama orang laeen…jangan begituu dong maaas…!”, sambil menunjuk dan menatap petugas karcis yang berada di dalam loket…!

Abang Karcis: ‘’….mmhhmm…Iyaa pak, maaf ya pak…saya juga kaget ngga tau..pak..!”

Gondrong: “..Bahaya ituu…Jangan diulangi lagi…awas itu ngga boleh, tolong ini pecahannya di bantu pinggirin dulu..”!

Abang Karcis : “Iyaa pak…maaf ya pak…!

Kemudian  setelah itu berbicara kepada kerumunan orang yang sedang mengelilingi kami..”Ada-ada aja…untung ga kenapa-napa, orang kita belum selesai ngelewatin portalnya, itu abangnya main tutup aja, ya nabrak lah…Makasiih ya bapak-bapak, kita ngga apa-apa Alhamdulillah…!

Bukan hanya itu, dia juga memarahi kepingan portal yang hancur sambil menendang dan menggeser ke pinggiran.."Elu jugaaa jadi portal, kepalaaaa orang maen antem ajaah, untung ngga lepas kepala guaaaa...lu sendiri kan yang ancuur, kalau mau ngantem itu supir depan guaa...jangan guanyaaa...!"

Semua dimarahi seperti orang yang sedang kalap....hahahahah!

Aku : “Laah…ngapa dia nyalahin tuh tukang karcis….! (dalam hati aku nggerundeng..) daan anehnyaa Tukang karcisnya malah minta maaf dan nurut sama gondrong….Hahahahahahaha…!! Aku Ketawaa disitu spontaaan ngga bisa nahan liat kelakuan gondrong…!

Dia kemudian mendekatiku dan duduk kembali di jok belakang…sementara aku masih geli ketawa, sungguh ngga tahaan, kok bisa-bisaanya dah kadung malu tapi malah nyalahin orang terus ngga jadi maluu….

Gondrong : …Ssssssttt…luu jangan ketawaaaa yeeee…buruuan jalaan ah..! disini teruus maluuu guaaa…!! Buruaaan…

Aku : “enak ajaa buruaan-buruan, doroong duluuu dodool, kaga nyala vespanya…!”

Gondrong : “Duuh sraaak…gw mimpi apaan si semalem, apes banget perasaan jalan sama lu, adaaaa ajaaa….tau gini mah gua kaga kemariih dah…lengkap banget gw apees….!

Aku : “Buruuan dorooong…eh sebntar dah, pegang dulu kepala lu coba, masih ada ngga...jangan-jangan masih nyangkut di portal…!..Hahahahahah”

Gondrong: “Kalau kepala gw masih nyangkut disono trus lu lagi ngomong ma siapa? sama helem..!….Otak lu pasang spioon” biar bener!

Hahahahahaha…..

Vespa kembali menyala dan kami berdua melanjutkan perjalanan sore itu, bergerak menjauhi area yang dramatis tadi, legaa rasanya…sambil mengendarai vespa, kami kembali tertawa berdua sambil mereview kejadian tadi itu.

Aku: ..” Gue heran ma itu tukang karcisnya, napa iyaa iyaa aja yaa, malah minta maaf lagii..hahaha…sumpah kocak ndrong gua merhatiin mukanyaa…!

Gondrong: Gua dah kadung malu, muka gua dah berasa kaya topeng monyet, dari pada sendirian gua malu…lu sih masih mending mentalnya kesebelah sono ngga begitu keliatan, lah gua, udah ngejengkang, helem kebalik pula..lengkap banget maluu guaa… mending gua bagi-bagi, gua liat tuh tukang parkir malah anteng ajah, ketauan portalnya ancur gitu….sekalian aja gua berii!...hehehe

Aku: ..”Keren juga akting lu sih, jadi ngga gitu ketauan salah kita yeee….

Gondrong : ..”Kitaaaaa…enak aja kita! salaaah luuu Gusraaaaak, Apeees gua, liat aja abis ini ada lagi kejadian lagi apees guanya… gua tinggal balik bodoo amaat..!”

Aku: “Hahahahahaha…..Ngga ada gua sepi hidup luu broo…!!

Aku pun menarik gas vespa untuk jalan lebih cepat lagi…membelah jalan ibukota sore hari yang penuh kejutan bagi kami berduaa….Triiiiiingggg…tiing…tiiinggg…tiinngggggg..trrrinnnnng…ting..tiing!


Tamat

FOLLOW US @ INSTAGRAM

Popular Posts

agusonpapers. Diberdayakan oleh Blogger.

Facebook