The Days without sunrise…ha ha ha, judul apa lagi ini ga
jelas amat sih…tadinya mau nyari judul macem-macem tapi karena dah ngebet
ngupload video trailer ke youtube akhirnya apa yang terlintas di otak ya itulah
yang tertuang, malah sebelumnya lebih parah lagi The Days Never Sunrise..hahaha
setelah di komplain depan belakang kiri kanan soal grammer yaa akhirnya revisi
sekenanya…huuffhh apalah arti sebuah judul.
Mumpung lagi mood nulis, nulis hasil trip kemarin aja kali
ya…tp kali ini saya ga akan bercerita soal catatan perjalanan seperti
sebelumnya…tp sy akan bercerita soal apa yang sy pikirkan soal perjalanan trip
pada tanggal 21-24 Desember 2014 kemaren ke Puncak Hargo Dumilah Gunung Lawu
bersama kawan kawan gila namun baik hati ,,,Petualang Nusantara *bener ga yaa..
Seperti kebiasaan dari trip Penus adalah ketidaksengajaan
agenda trip..ya trip Lawu ini sangat diluar rencana dari semua kru, cuma karena
dikomporin tiket promosi ke Solo 60rb…kaya saya sendiri ngga ada rencana bulan ujan
gini ngetrip ke gunung, padahal di tahun sebelumnnya dah kebiasaan pasti
bakalan basah basahan kalau maksain naik di bulan desember. Masing masing dr
kita juga lagi over deadline kerjaan…jadi emang kayanya ga mungkin lah bisa
trip bareng lagi pasca rinjani. Tapi ya itu..Kalau Gelombang Cinta dah
berbicara akan lain ceritanya, hubungan kami di Petualang Nusantara itu
unik,walau karakternya beragam tp dasar cintanya sama..ha ha ha…cuma karena
satu orang beli tiket promo Solo..seolah olah kaya Tukang Sol nusuk benang sol
ke karet sepatu…kok Ndilalah semua dari kita ikut pesen tiket daan akhirnya
jadiin trip bersama akhir tahun..ya sudahlah, memang selalu seperti itu sih.
21-24 Desember 2014 menjadi perjalanan manis menutup
tahun…sebulan mendekati waktu trip, terbuka wacana kenapa kita ga open trip
aja…! ajak aja kawan lo semua yang mau ikut di trip kita kali ini, okay kalau
gitu…masing masing dari kami pun mulai direct selling siapa yang mau ikut
perjalanan Penus kali ini…hahay sadar diri lah..emangnya PENUS itu Jejak
Petualang atau Consina atau Khyberpass,
yang punya daya tarik buat bikin perjalanan bersama…ngga lah…Alamiah mengikuti
takdir aja, kalau memang akan ditakdirkan menjadi perjalanan yang seru dengan
wajah dan persahabatan baru yaa itulah yang menjadi pemenang untuk mendapatakan
kisah penutup akhir tahun tersebut.
Sherly, Sarah, Atiyah, Ayu, Aldo, Chikal, Bagas, dan
Dani..adalah wajah baru di trip Penus kali ini, sy ga tau motivasi awal mereka
mau merapat dan ikut dan kenal dengan kami di Petualang Nusantara pastinya
mereka punya motivasi sendiri dan yang terpenting adalah TRUST..mahal banget
nih kepercayaan..mereka punya segudang dan background cerita masing masing baik
yang misterius atau yang over up…Tapi setelah kami semua masuk dalam grup
Whasapp ternyata kita Chemistrynya sama..haha sama gilanya, ups baiknya jugaa…
Atas dari Kiri : Hendro, Sherly Agus, Arif, Aldo, Dhani, Chikal Tengah : Ayu, Sarah, Juli, Atiyah Bawah: Bagas, Koto, Olied, Agus Gigsy. |
Cerita dikit ah soal wajah wajah baru ini
Sy kenal Aldo cuma di fb dan grup wasapp ngga pernah ketemu
dan kenal personal sebelumnya tp dia mau meluncur dari Samarinda Balikpapan
dengan waktu yang mendadak tiket yang mendadak pastinya ga cukup cuma sejuta…tp
dia datang dan muncul serta menjadi bagian dari cerita pendakian kami…dengan
motivasi yaa sy juga ngga tau motivasi terbesarnya apa akhirnya mendarat
bersama dan menjadi bagian dari keluarga pada akhirnya…hahay pastinya ada yang
membuatnya sangat bersemangat..apa yaa!
Sherly, hmmm ini lebih singkat dan easy lagi…kenal sekelebet
di Komunitas Pendaki Gunung Facebook
saat saya posting soal Triip Lawu dia cuma bales..Ngikuut dong Oom…saya
bales “Serius”…djawab lagi Hu’uh…dibales lagi..Konfirm tiket ya..dijawab lagi
Yes..lalu sy bales lagi..”Masuk Grup waya..dijawab lagi Okay…daan akhirnya blab
la bla…mengalirlah jadi bagian cerita kami…Sherly punya background nature dan
bacpaker yang ga diraguin lah untuk daki mendaki kadang ke Ibuan, kadan muda banget kadang laki laki banget...lainnya paling hal ke
gokilan-hahaha
Bagas, Ini orng lama sebenernya tp baru di takdirin kali ini
bisa ngetrip bareng dan jadi bagian keluarga Penus…sekarang hahay doktrin
doktrin penus dah masuk didalam otaknya untuk selanjutnya akan ikut di setiap
agenda, bagas dah seperti keluarga buat kami,
lalu ada Sarah Utami…ini nama versi bloggnya sebagai penulis walaupun sy ga tau yang ditulisnya apaan..hahaha. Tapi Sarah termasuk yang berkarakter unik, ngejengkelin tapi dibutuhkan…punya cerita banyak, rusuh tapi penakut, kadang tambeng kadang penurut.. Sarah datang gitu aja di kehidupan Penus awalnya via Sherly sih, tp ngga tau deh..pokoknya tau tau nongol aja orang ini..hahaha, semakin bergam karakter smakin seru perjalanan.
lalu ada Sarah Utami…ini nama versi bloggnya sebagai penulis walaupun sy ga tau yang ditulisnya apaan..hahaha. Tapi Sarah termasuk yang berkarakter unik, ngejengkelin tapi dibutuhkan…punya cerita banyak, rusuh tapi penakut, kadang tambeng kadang penurut.. Sarah datang gitu aja di kehidupan Penus awalnya via Sherly sih, tp ngga tau deh..pokoknya tau tau nongol aja orang ini..hahaha, semakin bergam karakter smakin seru perjalanan.
Muncul lagi Ayu, perempuan yang sesuai namanya Kemayu…paling
muda, angkatan 90an asal Sragen, pengembara Solo Life dijakrta, kuliah sambil
kerja mau nyobain dunia pendakian katanya…yang ada dibayangannya naik gunung
itu enak dan gampang…haha walau pada akhirnya…
Ada lagi Atiyah..kalau perempuan satu ini pernah mendaki bareng sebelumnya dengan saya bareng dengan trip Myqpala…, Atiyah ini pendaki pemula yang punya tenaga dan semangat bagus, bahkan bisa di bilang kecanduan mendaki pasca pendakian gunung gede. Saya ngga tau kalau ada motivasi lain ikut dalam trip saya kali ini bersama Penus, awalnya saya khawatir atiyah akan punya pandangan lain melihat personil dari petualang Nusantara yang secara penampilan tampak agak berantakan dan urakan dibanding dengan dunia pergaulanya selain Penus sebelumnya…. Atiyah sempet galau dan bimbang sebelumnya antara jadi dan ga jadi untuk ikut pendakian, tapi dia tetep mencari dan membeli perlengkapan..seperti keril, sepatu dsb..sampai pada akhirnya di hari hari terakhir sia memutuskan ikut pendakian…Kaya ada sesuatu yang membisikan hatinya menjadi semangat mengambil keputusan untuk ikut…
Yang terakhir adalah Chikal dan Dhani…2 Jumbo bersaudara
ini, sy ga kenal sebelumnya, muncul dan ada dalam dunia kami saat di Stasiun
Senen…itupun blm dapet Chemistrynya, perkenalan kami mulai terajut ketika
Dhani cidera dalam perjalan Pos 1 menuju ke Pos 2 insiden itulah yang membuat
sy menjadi kenal dengan 2 jumbo ini.
Seperti yang sy bilang sebelumnya...apapun landasan dan
dasar motivasi mereka tapi buat saya takdirlah yang pada akhirnya menuat kami
menjadi satu bagian keluarga dalam trip kali ini. Tidak saling kenal awalnya,
tapi sekarang….hmmmh ya itulah indah nya cinta.
Perjalanan bersama Petualang Nusantara bukan hanya sekedar
Pendakian Saja, tapi ada diskusi sejarah, belajar hikmah..mencari petilasan,
mengenal Nusantara, dan menjadi keluarga..sekali lagi menjadi Keluarga…bukan
hanya di trip atau gunung saja tapi juga
setelahnya dalam kehidupan sehari hari baik dalam pekerjaan maupun
lainnya.
“Kita mendaki cape cape ya memang ga buat apa apa…lawong
kita ini mau nyetor Kok….Ya nyetor ke Tuhan, bercinta dengan alamnya, Bercinta
dengan Udaranya, dengan Airnya…sampai merasakan orgasme bersama Semesta, Mendaki
Dengan Cinta…Spiritual Journey”
–Mbah Jiman-
–Mbah Jiman-
Ya begitu itu kalau salah satu dari kami berbicara soal
hakikat pendakian. Diskusi diskusi Kereta sampai akhir perjalanan membuahkan
pencarian pasca pendakian. Tahun lalu paska pendakian sy cari artikel tentang
Nusantara dan budaya lantaran diskusi
panjang saat perjalanan membicarakan nusantara..sampe akhirnya saya makin cinta
Nusantara dengan sejarahnya yang memang hebat didunia.
Kali ini paska pendakian sy direpotkan untuk mencari dan
nonton film Band of Brother gara gara diskusi dan cerita di kereta seputar
persahabatan dan ketulusan dalam berjuang…sampe pada akhirnya saya suka Film
ini walau telat, padahal ini film lama. Life of Pie, Terminal, Case Away lewat
Tom Hanks, lalu banyak pembahasan film di kereta yang akhirnya diaplikasikan
menjadi perjalanan individu individu kami dalam hidup untuk menjadi manusia
tangguh dan baik.
Kembali ke Lawu, awal pikiran saya saat memutuskan open
trip…bisakah menyelaraskan pemikiran kawan kawan baru ini dengan gaya kami di
Penus yang selalu gonta ganti kaya iklim cuaca.. Kalau cuma sekedar naik gunung dan
haha hehe haha hehe sih ga akan ada masalah, tapi ngedapetin hakikat hikmahnya itu dalam
kebersamaan…Alhamdulillah ternyata semua itu mengalir alami dan sempurna.
Diawal Pendakian selalu ada wejangan..
“Puncak adalah bonus, yang terpenting adalah Bagaimana
menjadikan perjalanan menujunya itu menjadi Hikmah, Cerita, Belajar untuk tidak Mengeluh, dan selalu Riang
Gembira ! “Pertahankan Apinya kawan kawan jangan sampai
Padam…!
–Mbah Sentolo_
–Mbah Sentolo_
kata-kata itu menjadi sakti bagi kami untuk terus selalu
riang gembira dalam setiap permasalahan dalam perjalanan…Tidak mengeluh dan
selalu mempertahankan api semangat…pastinya bersama-sama.
awal perjalanan |
Pada tanggal 22-23 Desember merupakan hari yang terberat
dalam pendakian kami, walau sebelumnya pada tanggal 21 nya kami sudah melalui
satu tahapan yang nyaris memecahkan tim…mulai dari SARAH yang ketinggalan
kereta lalu nyusul dengan bus malam terpisah dengan Sherly. Aldo yang Stuck
oleh tiket dibandara menuju ke Solo…sampe harus mengelarkan kocek besar dan
berjuang transit ke beberapa tempat dan melanjutkannya dengan bis…Tim penus
yang terpecah lantaran menemani Atiyah yang terpisah kereta…dsb...semua masalah
tersebut pecah ketika Kami semua berkumpul Lengkap di Pintu Gerbang Cemoro Sewu
tanpa kurang suatu apapun….
Hujan lebat yang terus menurus mengguyur perjalanan kami
selama 2 hari ini menjadi sangat tidak mudah…ini Gunung Lawu looh yang terkenal
dengan korban Hypotermianya, anginnya, dinginnya…daan beberapa diantara kami ini
adalah pendaki pemula… ternyata kekhawatiran itu lah yang membuat cerita
menjadi semakin seru.
Diawal perjalanan Ayu sudah mulai sulit beradaptasi dengan
jalur, berkali kali berhenti dengan nafas terisak serta kesulitan beradaptasi
dengan dingin. Sampai akhirnya di Pos 1 Ayu
sy coba membuat perapian dan focus menstabilkan kondisi fisik ayu sampai
akhirnya kami melanjutkan perjalanan kembali.
Perjalanan antara Pos 1 menuju Pos 2 semua kru tampak sudah
beradaptasi dengan jalur, sehingga ada penambahan kecepatan dalam mendaki
menuju ke pos 2 ketimbang dari pos utama ke Pos 1. Tapi itu tidak berlaku buat
saya, Koto Dhani dan Chikal yang menikmati tiap jengkal tapak batu dengan Kram
Kaki yang di alami Dhani. Dhani ini hebat,,,badannya besar tapi saat cedera
kaki dia sama sekali ngga ngeluh, ngga bawel malah betul betul menikmati sakit
kakinya. Berkali kali sy menyemprotkan aerosol dan mengangkat kakinya untuk
meringankan kram sampai langit menjadi gelap..dan perjalanan menjadi sangaaat
lambat. “Dhaann…kalau lo sampe ke atas, Sepatu TIMBERLAND gw yang baru buat lo
deeh…Hahay..semangat Timberland jadi pamungkas saat itu. Chikal tuh abang
kembarnya yang ngiming ngimingin..walau pada akhirnya Apes si Chikal harus
merelakan tuh TIMBERLAND untuk Dhani…Dhani bukan cuma sampe Pos 2 Bro…TAPI
SAMPE PUNCAAK..!!
18.30 tim sweeper alias tim sakit sampai di Pos 2…didalamnya
semua kru lengkap sudah nguyung dengan sleeping bag dan Edo dengan sumbu utama
perapian membuat masakan. Hujan tiada mereda malah trus bertambah derasnya…akhirnya
diputuskanlah kami semua bermalam di Pos ini tanpa tenda. Ditengah tampyasnya hujan kami menggelar matrass dan sleeping bag mengambil posisi ternyaman untuk
beristirahat, karena perjalanan pada mala mini tidak mungkin dilanjutkan.
Bermalam di Pos 2 |
Dhani sempet mengurungkan niat dan memutuskan untuk tidak
melanjutkan pendakian besok harinya tapi langsung turun karena kramnya
itu…masuk akal, tapi menurut saya itu biasa, coz berkali kali sy pernah
mengalami hal yang sama menghadapi pendaki seperti Dhani yang kram namun tetep
berhasil sampai keatas…Sebelum tidur sy coba sempatkan untuk mengurut kaki
Dhani, dan melakukan peregangan otot diantara sendi dan engkel kakinya.
Dilanjutkan dengan Sholat Isya di Qashar dengan Maghrib berjamaah didalam Pos 2
dalam suasana dingin di dalam balutan sleeping bag. Kondisi malam itu sangat
berkesan buat saya pribadi juga pastinya buat yang lain…banyak sendau gurau dan
canda di pos ini sampe akhirnya mata terlelap semua, karena ngantuk ngga bisa
dibohongi…Tapi dingin lebih tidak bisa dibohongi..sesekali diantara kami
bergeser dan merubah posisi karena kedinginan, dan saya…malam itu terkena
mountain sicknes..yang diawali dengan pening dan panas dei sekitar sendi leher.
Jam 01.00 say bangun dan melompat keluar pos untuk buang air kecil…wow pekatnya
gelap di Pos dua ini disaat hujan mengingatkan saya dengan pekatnya gelap di
Puncak Salak 1 disaat Hujan malam…
Sebutir Paracetamol sy minum malam itu sambil sesekali
menyenteri suasana sekitar pos dan menyenteri kru dari grup kami…semuanya
pules, lalu akhirnya sy lanjutkan tidur hingga pagi suara rame dan gelisah
kanan kiri dari kawan kawan yang kedinginan membangunkan saya.
Ternyata di Pos 2 ini meninggalkan banyak cerita mistis buat
beberapa peserta diantara kami...tapi buat saya, itu tidak menjadi prinsip
pokok dari pendakian kami karena sugesti mendaki saya bukan untuk menanggapi
masalah itu, walau tidak menafikan semua itu ada dan terjadi di gunung..ya
biarkan saja selama tidak menjadi maslah dalam grup kami, kalau sudah membuat
masalah tentunya akan berbeda penanganannya…spiritual jorney tujuan yang baik dan
positif tentunya akan berjalan sesuai dengan koridor berfikirnya yang baik…
Benar saja…Kegundahan Dhani yang rencananya akan tidak
melanjutkan perjalanan batal..dan akhirnya memilih melanjutkan pendakian walau
dengan tertatih…dan kali ini CLOSED untuk wacana gagal lanjut..hahaha
Pos 2 ditanggal 23 Desember kali ini kami diberikan bonus
rahmat dengan redanya hujan…dan munculnya cahaya, walau gada matahari…tapi
lumayan lah bisa menyegarkan psikis kami saat itu. Semua bersemangat bergegas
untuk melanjutkan pendakian, dan sempat meneriakan yel bersama..”PERTAHANKAN
APINYA KAWAN, JANGAN SAMPAI PADAM”…lanjutlah kami dalam perjalanan selanjutnya…
Langit kembali memberikan ujiannya di hari itu…Hujan deras
sepanjang hari, grup sudah terbagi 2..satu grup mengikuti instruksi untuk terus
berjalan sampai ke Pos 5 atau mbok yem menyiapkan air dan makanan..sedang kan Tim 2 adalah Tim
Slowly Sweeper…tim belakangan yang isinya pendaki dengan langkah tertatih karena cidera dan sakit.
Slowly sweeper ngga ada artinya sebenernya..ini alami terbentuk aja lantaran memang
salah satu diantara kami sudah mulai sakit yaitu si Ayu.
Saya, Hendro, Dhani, Chikal dan Koto adalah pengisi dalam perjalanan tim belakang…jalannya sangat lambat, …menikmati Hujan dan berkali kali saya dan koto harus Tidur di Jalur karena ngantuk dan lelah lantaran harus mengimbangi pergerakan dari Ayu yang mulai Sakit. Saya merasakan apa yang dia rasakan, bagi Ayu…Pos 2 menuju Pos 5 pasti sangat lah berat, tapi setidaknya dia dalam posisi aman karena bersama tim yang siap dengan dengan segala kemungkinan yang terjadi..baik logistik dan perlengkapan…
Saya, Hendro, Dhani, Chikal dan Koto adalah pengisi dalam perjalanan tim belakang…jalannya sangat lambat, …menikmati Hujan dan berkali kali saya dan koto harus Tidur di Jalur karena ngantuk dan lelah lantaran harus mengimbangi pergerakan dari Ayu yang mulai Sakit. Saya merasakan apa yang dia rasakan, bagi Ayu…Pos 2 menuju Pos 5 pasti sangat lah berat, tapi setidaknya dia dalam posisi aman karena bersama tim yang siap dengan dengan segala kemungkinan yang terjadi..baik logistik dan perlengkapan…
Kemudian Pos 5 menjadi Klimaks antibody tubuh ayu bertahan,
jalur Lembah antara Pos 5 dan sendang derajat memvonisnya dengan status
Hypotermia, saat itu yang harus saya lakukan adalah mengamankannya dulu ke
tempat yang aman dari angin lembah sambil mentransfer panas skin to skin melalui
telapak tangan sambil memboyongnya ke tempat aman. Alhamdulillah skin to skin
selama melewati lembah angin sedikit berhasil dan membuatnya bertahan sampai
sendang derajat, walau sempat beberapa kali tubuhnya juntai mau pingsan.
Sesampai di Sendang Derajat, kami Koto, saya, Hendro, Chikal dan Dhani persis seperti Pit Stop Sentul dalam balapan Mobil yang harus serba cepat melakukan tindakan. Saya membuat Api dan masak makanan dan minuman sambil terus melakukan prosesi Skin to skin lewat telapak tangan.
Sesampai di Sendang Derajat, kami Koto, saya, Hendro, Chikal dan Dhani persis seperti Pit Stop Sentul dalam balapan Mobil yang harus serba cepat melakukan tindakan. Saya membuat Api dan masak makanan dan minuman sambil terus melakukan prosesi Skin to skin lewat telapak tangan.
Air mata sudah keluar dan gigil sudah menghilang dari tubuh
ayu tanda Hypo sudah merasuki dan suhu sudah turun dari 35 derajat…Pit Stop
tetap dengan kesibukannya…Hendro Menggantikan kaos kaki yang basah, Koto
membongkar perkap kering dan menyiapkan obat. Dhani dan Chikal memasangkan
Flysheet untuk menyiapkan tempat dan menutup Gua dan menggelar matrass..karena
setelah ini Ayu akan kami masukan ke gua itu dan membuat api didalamnya agar
lebih hangat.
Ayu masih stuck pada kondisi tadi, namun setelah masuk energen
panas ke dalam mulutnya beberapa menit kemudian keluar gigil melalui
bibirnya..sebuah peningkatan yang bagus..akhirnya saat itu kami pindahkan Ayu
ke dalam gua di sisi Sendang Derajat, Saya kembali buatkan api dan memasakan
makanan didalam gua sambil kami terus mengajak interaksi ayu agar tidak larut
dalam serangan Hypotermia…segala sesuatu yang basah pada tubuh Ayu sudah
diganti dengan pakaian yang kering, asupan makanan dan motivasi mempercepat
pemulihan kondisinya…Ayu sudah kembali menggigil menandakan baiknya pemulihan, dan pada akhirnya
berangsur angsur membaik, tak lama kemudian Juli dan Aldo rekan kami di tim 1
yang sudah berada di Mbok Yem dating membawakan obat dan Nesting sesuai dengan
Message yang sy titipkan kepada pendaki lain yang kebetulan mengarah ke Hargo
Dalem…Sy dan Hendro titip pesen bila bertemu dengan rombongan pendaki Jakarta
di Mbok yem agar kembali ke sendang derajat membawakan obat dan nesting karena
ada peserta yg hypo di sendang derajat. Pesan tersampaikan dan Akhirnya setelah
kondisi Ayu semakin membaik Ayu Di pandu oleh Aldo dan Juli dibawa menuju Mbok
yem dibawah balutan jaket tebal dan pakaian super tebal…dan kami masih berleha
leha dulu beristirahat di sendang derajat setelah berperan menjadi Pit
Stop..hahahaha
Gua samping Sendang Derajat |
23 Desember sore itu ditengah hujan kami semua bekumpul
lengkap, bersyukur diberi kekuatan sampai sejauh ini, untuk saya juga untuk
semua dam tim kami…saat itu pnus memutuskan untuk tinggal satu malam lagi untuk
pemulihan di Hargo Dalem, Bila Allah memberikan kesempatan dan takdirnya niscaya
kami akan sampai ke Puncak Hargo Dumilah pada malam nanti atau mungkin besok
pagi bila hujan reda…daan kalau pun tidak, kita sudah ikhlas walaupun tidak
sampai puncak, yang terpenting adalah jadikan waktu di Hargo dalem ini dengan
sebaik baiknya…Ooh pasti itu.
Buat saya Hargo dalem
bukan cuma sekedar Pos Akhir persinggahan melainkan bahan untuk membuka
Khazanah Diskusi kembali soal Nusantara. Sesampai Di Hargo Dalem, saya, Olied,
dan Koto langsung menuju petilasan Brawijaya entah ini makam atau hanya sebuah
petilasan pastinya saya dating kesana untuk berziarah dan berdoa lalu mencari
cerita tentang Brawijaya dengan mendengarkan dongeng koto dan orang orang yang
mengerti soal aktivitas dari petilasan ini.
Mbok Yem….Namanya sudah terkenal diseluruh Indonesia bagi
semua pendaki yang pernah menginjakan kakinya di Lawu. Beliau tinggal dipuncak
lawu, membuka warung dan senantiasa menyambut para pendaki yang hendak menuju
puncak. Pertanyaannya kenapa Mbok Yem mau tinggal diatas ketinggian seperti itu
dan hanya turun bila ada sesuatu yang penting saja lalu kembali lagi
keatas….Mbok Yem merupakan seorang Abdi Dalem dari keraton yang memang di tugaskan
untuk menjaga Puncak Lawu dan Melayani para Pendaki dan tamu yang hendak menuju
ke Puncak Lawu…masuk akal..
Malam semakin larut Hujan juga tidak berhenti..gerimis trus
berjalan, serta dingin terus memeluk sy malam itu menunggu pagi, rencana muncak
malam hari pun batal…yah mengalir saja lah..kl memang muncak ya muncak kalau
ngga ya ga apa apa, perasaan itu hilang sampai akhirnya mata terlelap oleh
ngantuk.
Shubuh hari ditanggal 24 Desember adalah saat dimana Penus
harus membuat keputusan dan berhitung….Masalahnya Semua dari kami telah
mengantongi kami Tiket kereta Pulang kejakarta hari ini Pukul 03.45 sore
artinya kalau mau muncak..bersegeralah atau turun sekalian.
Saya pribadi memutuskan muncak dengan catatan pukul 07.00
sudah kembali ke Hargo dalem dan turun kebawah..karena saat itu kawan kawan
sudah memutuskan dan berhitung soal waktu akhirnya kami turun melalui jalur
yang sama yaitu Cemoro Sewu. Akhirnya kami menaiki Puncak Hargo Dumilah pada pukul 05.30 pagi bersama cerahnya mentari pagi di halaman Mbok yem yang seoralh olah menyapa dan memberikan semangat untuk meneruskan tujuan mencapai puncak.
Puncak Hargo Dumilah dilihat dari halaman Mbok Yem |
Sunrise di halaman Mbok Yem |
Days Without Sunrise tidak berlaku pada hari ini….Matahari
menampakan Cahayanya di hari ketiga pendakian…Allah memberikan kami Bonus
sampai ke Puncak dengan Lengkap…ya LENGKAP dengan Dhani dan Ayu yang awalnya
sempat sakit dan ragu…LENGKAP…Dipuncak..silahkan kalian berfikir, menafsirkan
dan bercerita tentang diri kalian sendiri…tentang perjalanan kali ini…Kita
sudah di puncak Broo..! silahkan simpan
dalam memori pandangan dan otak kita
betapa indahnya takdir dan hikmah perjalanan bukan..?
Hahahaha…buat sebagian Puncak lawu memang tampak mudah, tapi
buat Penus pada kali ini...Luar biasa…boleh dibilang lebay, bisa dibilang
norak, boleh disebut apa saja yang pasti
kami sangat bahagia saat itu bukan karena lawu nya tapi persahabatan barunya.
Perjuangan kami masih dilanjutkan dengan perjuangan memburu
kereta, dan waktu tempuh…lagi lagi semua itu bisa tercapai cika sema sudah
merasakan semangat yang sama, rasa yang sama, dan juga cinta yang sama untuk
mau berbesar hati…Sampai Akhirnya kereta Berantas masih setia untuk menunggu
kami untuk menaikinya di Pukul 03.45 di stasiun Solo Jebres dengan pasukan
penus yang lengkap dengan keluarga baru yang lengkap dengan kelucuan yang
lengkap pula….trip kali ini trus berbuah hingga saat ini, Hingga kami Menjadi Keluarga Petualang
Nusantara dalam kehidupan sehari hari….
Salam Cinta Petualang Nusantara
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNitip Jejak ah kang Agus
BalasHapusGue OKSIMORON banget di mari. Tapi emang iya, sih. Gue keren. #Nyambitin-semut.
BalasHapushaha...kang Indra, Muhun dah mampir di blogg urang nya...
BalasHapusSarah...ngapain mampir mampir dimari..! Huusshh!!
Hidup itu memang harus take it easy brader..
BalasHapusand yes you are definitely right.. soul untuk Friendship-nya DAPET!
can't hardly wait for Semeru and other mountains trip.. MERDEKA!!
harus pake google translate nih nerjemahinnya...hahaha, thank ya Sakuranotes8 dah mampir di gubuk onpapers...
BalasHapus