Hawa Dingin biasanya menjadi salah satu hal utama yang
menyelimuti pikiran kita saat merencanakan perjalanan khususnya mendaki gunung.
Dingin yang disebabkan karena cuaca dan musim seringkali membuat perjalanan dan
kondisi seseorang menjadi masalah, mulai dari menurunkan stamina, membuat tubuh
menggigil, membuat ngantuk, Mountain Sickness, Pusing dan Demam, Lemas, Hingga
berujung Hypotermia. Sebenarnya dalam persiapan pastinya perlengkapan untuk
mengantisipasi rasa dingin itu sendiri sudah disiapkan, mulai dari jacket,
sleeping bag, dsb, namun pertanyaannya mengapa seseorang yang sudah menggunakan
jacket atau perkap dinginnya tetap saja mengeluh dingin dan menggigil dan
kemudian tetap melemah..?
Itu karena karena pendaki tersebut tidak menyiapkan dan
mngetahui hal lain selain mengandalkan perlengkapan untuk meminimalisir rasa
dingin.
Apakah kamu pernah mendengar seseorang mengatakan
“DINGIN"
itu jangan dilawan secara sugesti, tapi diterima saja kemudian rasakan dingin itu..Semakin
dilawan semakin menggigil kamu merasakannya..!”
Ungkapan diatas memang benar tapi sulit menterjemahkan dan
mengaplikasikan bagaimana cara melakukannya??...melakukan sikap untuk menerima
dingin dengan tidak melawannya dan merasakan dingin itu, biarkan tubuh secara
alami yang melakukan adaptasi dalam mempertahankan panas tubuh dan
menyeimbangkan rasa dingin ditubuh dalam batas dan suhu yang wajar.
Mungkin terlalu Subyektif, tapi saya coba berbagi
berdasarkan pengalaman yang saya lakukan untuk menyikapi rasa dingin. Untuk
mengetahui maksud dan hakikat ungkapan diatas memang harus dicoba dan belajar
merasakannya, perlu waktu memang…sering seringlah kamu berlatih dengan cara jalan jalan kepuncak atau tempat tertentu yg
disana hawa dingin melebihi daripada umumnya, walau hanya sekedar beradaptasi
dengan rasa dingin.
Perlu diketahui permasalahan dasar orang atau pendaki yang
bermasalah atau terbunuh oleh rasa dingin adalah karena MALAS, loh kok karena
Malas…? Nanti di jelaskan berikutnya yaa..
Ketika saya mengikuti sebuah Diksar yang diselenggarakan
oleh Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki gunung dalam agenda 2 tahunan yang
diselenggrakan di Situ Lembang beberapa tahun Lalu, disana baru saya
mempelajari dan mengetahui ungkapan kebenaran diatas tadi. Hal dasar utama adalah
pengenalan dan pengadaptasian rasa dingin terhadap tubuh, Situ Lembang Bandung itu kita bisa bayangkan seperti apa
dinginnya…namun kami sebagai siswa selalu mengawali hari setiap harinya pukul
04.30 wib pagi dengan berendam sebatas dagu kadang hingga rambut di Situ
Lembang.
Lalu kami melanjutkan aktivitas selanjutnya sehari full
dengan kondisi yang selalu basah pakaian dan sepatu, bahkan saat berada didalam
kelas mengikuti materi pelajaran…ini berlangsung selama 10-12 hari selama di situ lembang.
1-3 hari pertama memang sangat memunculkan trauma, phobia,
dan rasa malas sekali karena lagi lagi harus menelan aktivitas yang sangat
dingin sekali. Tetapi selepas hari ke Tiga, tubuh kami seperti biasa saja
terkait dengan hawa dingin ketimbang pertama kali kami sebagai siswa menginjakan
kaki di Kawah Upas untuk upacara pembukaan setelah sebelumnya longmarch sejak
shubuh dari Gedung Sate di Bandung.
Sejak itu hingga saat ini saya coba terus membiasakan
hal-hal pengadaptasian tubuh terhadap rasa dingin, dan meminimalisir
ketergantungan pada perlengkapan, dan itu terbukti sangat efektif. Berikut
sedikit tips pribadi bagaimana menyikapi rasa dingin saat pendakian maupun di
ketinggian.
Pertama, bangun sugesti untuk menikmati rasa dingin dan
memaksimalkan kekuatan tubuh untuk menerima rasa dingin tersebut…maksudnya
cobalah kenakan pakaian yang nyaman dan mudah kering dari keringat saat
mendaki, ketika hawa dingin itu datang…rasakan saja dan terima oleh tubuhmu,
jangan bersegera membuka jacket dan langsung mengenakannya padahal hawa dingin
yang datang masih dalam tahap yang biasa dan tubuh pun sebenarnya masih tidak
bermasalah untuk tidak mengenakan jacket. Teruskan biarkan tubuhmu menerima hawa
dingin itu beraktivitaslah seperti biasa, jangan MALAS seperti kebanyakan
orang…ketika mulai dingin bersegera membuka jacket lalu meringkuk bahkan malas
untuk melakukan aktivitas apapun. Ketika di tahapan dingin awal saja kamu sudah
mengandalkan perlengkapan…maka di ketinggian atau di tahapan dingin
selanjutnya kamu akan tidak siap dan akan mulai mengandalkan banyak orang
selain dari jacketmu, lantaran jacketmu sudah kamu anggap tidak dapat
menghangatkan dirimu sendiri.
Untuk itu maksimalkan kekuatan panas tubuhmu untuk terus beraktivitas sampai maksimal bisa mempertahankannya barulah kenakan jacket, maka kamu akan merasakan kehangatan dan fungsi dari jacket itu sebenarnya.
Untuk itu maksimalkan kekuatan panas tubuhmu untuk terus beraktivitas sampai maksimal bisa mempertahankannya barulah kenakan jacket, maka kamu akan merasakan kehangatan dan fungsi dari jacket itu sebenarnya.
Kedua, berusahalah untuk riang dan aktif bergerak untuk
memunculkan emosi agar sugesti tetap stabil. Ketika badan menggigil karena
dingin, jangan sungkan untuk bergerak-gerak, lompat lompatan kecil, menggerak
gerakan pergelangan tangan, berlari-lari kecil, dan bernyanyi, atau membuat
mars mars untuk menyemangati semangat. Buatlah pergerakan kecil agar panas
tubuh tetap bisa bertahan, ingat jangan malas dan ragu untuk melakukan ini, jangan
terlena untuk terus duduk dengan tangan bersidekap melawan dingin. Lepas saja
saja tubuhmu bergeraklah, dan bernyanyilah maka dingin yang ada kana biasa kamu
rasakan.
Ketiga, Pertahankan pakaian keringmu bagaimanapun
caranya..semaksimalnya dengan cara apapun. Maksudnya adalah...selain pakaian
yang menempel di tubuh, kamu harus
menyiapkan satu kaos atau pakaian yang statusnya wajib kering!, buntel lah pakai
plastik atau apapun. Bila ternyata dalam perjalanan kamu bertemu hujan maupun
badai yang membuat basah seluruh pakaianmu….selama masih dalam pergerakan atau
tidak berhenti lama, teruslah gunakan pakaianmu hingga baju dan celanamu kering
karena panas tubuh yang keluar (maka itu gunakanlah pakaian yang mudah kering
ya).
Tetapi bila akan memutuskan pemberhentian yang memakan waktu, sedangkan baju ditubuhmu masih basah, segera ganti pakaian kering yang telah kamu siapkan termasuk kaus kaki. Ingat pertahankan kekeringan pakaian cadangan ini ya, Panas tubuh lebih bisa bertahan dengan kondisi pakaian yang kering walalupun udara di disekitarnya terasa dingin dan teruslah beraktifitas…jangan MALAS. Keesokan harinya atau ketika melanjutkan perjalanan simpan kembali baju keringmu yang kamu pakai lalu pakai kembali pakaian basah untuk melanjutkan perjalanan agar pakaian tersebut kering ter olah oleh panas tubuh yang bekerja (dengan catatan bila tidak mempunyai baju cadangan lagi) namun kalau saya peribadi, saya lebih suka mengenakannya kembali karena selain dapat melatih tubuh kita membiasakan mengenakan pakaian basah dan kering diperjalanan juga mengefisienkan bawaan pakaian dalam ransel yang bias menambah beban bawaan.
Tetapi bila akan memutuskan pemberhentian yang memakan waktu, sedangkan baju ditubuhmu masih basah, segera ganti pakaian kering yang telah kamu siapkan termasuk kaus kaki. Ingat pertahankan kekeringan pakaian cadangan ini ya, Panas tubuh lebih bisa bertahan dengan kondisi pakaian yang kering walalupun udara di disekitarnya terasa dingin dan teruslah beraktifitas…jangan MALAS. Keesokan harinya atau ketika melanjutkan perjalanan simpan kembali baju keringmu yang kamu pakai lalu pakai kembali pakaian basah untuk melanjutkan perjalanan agar pakaian tersebut kering ter olah oleh panas tubuh yang bekerja (dengan catatan bila tidak mempunyai baju cadangan lagi) namun kalau saya peribadi, saya lebih suka mengenakannya kembali karena selain dapat melatih tubuh kita membiasakan mengenakan pakaian basah dan kering diperjalanan juga mengefisienkan bawaan pakaian dalam ransel yang bias menambah beban bawaan.
Keempat, Panas tubuh bisa bekerja dengan baik bila nutrisi
dan protein dalam tubuh tercukupi. Maksudnya jangan MALAS untuk makan, membuat
minuman hangat, nyemil dan terus memberi asupan energy dalam tubuh. Kebanyakan para pendaki ketika sudah
merasakan ngantuk atau nyaman saat duduk atau rebahan sedangkan tubuhnya sudah
merasakan dingin tatapi MALAS untuk makan apalagi menyalakan kompor untuk
sekedar memasak minuman hangat. Ingat, kondisi perut yang kenyang atau tidak
lapar lebih stabil menjaga kehangatan tubuh dan beradapatasi dengan hawa dingin
secara alami.
Coba praktekan misalnya saat tengah malam menjelang pagi
disaat kondisi tubuh kedingingan dalam posisi dalam tenda dan tiduran
terbungkus Sleeping bag, Berusahalah bangun dan nyalakan kompor kemudian buat
minuman hangat, makan cemilan atau apapun hingga perutmu tidak lapar lagi dan
terasa energy muncul mengubah dingin yang amat terasa tadi saat tidur menjadi
biasa saja. Jadi jangan Malas untuk makan dan minum disaat lapar dan
kedinginan.
Kelima, Selalu sedia alat pembakaran yang bisa dimanfaatkan
untuk membuat api atau memasak yang praktis, letakan di tempat yang mudah
terjangkau seperti di kantung, tas pinggang atau kuping ransel. Alatnya bisa
beberapa butir paraffin, korek api, velples nesting kecil yang siap sedia
ketika kita break istirahat dalam kondisi cuaca yang dingin kita bias langsung
membakar paraffin dan membuat perapian untuk mengahangatkan tubuh bahkan
membuat minuman hangat ringan tanpa harus repot membongkar ransel. Hal ini juga
menjadi praktis dan penjadi alat tanggap darurat ketika diantara peserta atau
rekan kita bermasalah dengan dingin tanpa harus disibukkan dengan terlebih dahulu
membongkar ransel, apalagi ketika membongkar cara penyusunan isinya ngaco, maka
makin lamalah proses penanggulangannya.
Demikianlah apa yang bisa saya bagikan berdasarkan
pengalaman, sekali lagi tips ini subyektif dari diri saya sendiri,
bila ada kekurangan silahkan bisa ditambahkan namun bila ada kesalahan silahkan
dikoreksi. Jadi jangan terlalu khawatirlah menyikapi hawa dingin saat akan
melakukan atau saat melaksanakan perjalanan, karena sesungguhnya rasa dingin
itu adalah salah satu bagian yang kita rindukan untuk bertemu saat ke gunung
atau melakukan pendakian. Aneh rasanya kalau mendaki gunung tapi tidak ada hawa
dingin, untuk itu terima dan rasakan dingin itu mengalir ke setiap sendi tubuh
kita dengan cinta, teruslah berlatih berkali-kali. Semoga Bermanfaat, salam
rimba.
Agus Setiawan
0 comments:
Posting Komentar