Riuh Jonggring Seloka Bersama Cinta

-Kalimati-

Setelah mempersiapkan segala sesuatunya didalam tendaku, kemudian berkoordinasi dengan 3 orang temanku didalam tenda untuk mematangkan persiapan perjalanan summit malam ini menuju puncak Mahameru. Aku mengecek Daypackku kebutuhan medis, webbing, makanan ringan sedikit, parafin, veldpless semua sudah masuk kecuali oxygen yang saat itu lupa aku memasukannya…aku memposisikan diri sebagai sweaper sekaligus medis dalam perjalanan summit ini.

Satu persatu tenda terbuka dan peserta pendakian keluar satu persatu sudah dalam keadaan siap, berjaket, senter, dengan botol minum di kantongnya. 17 orang dari tim kami malam itu yang menjadi tim kedua yang membuka jalan menuju summit pada pukul 22.00 wib, karena biasanya pendaki memulai summit pada pukul 00.00-02.00 wib bila kondisi pendakian tak seramai waktu liburan.

Berdoa pun dimulai, perlu diketahui saat itu jalur utama menuju ke Arcopodo (pos hutan hutan terakhir sebelum vegetasi pasir) itu longsor dan sedang dalam perbaikan dan konservasi, sehingga kami harus memutar melipir melalui jalur baru yang telah dibuat para ranger sebelumnya, dan naasnya saat tim kami menyusurinya saat itu, tidak ada petunjuk maupun tanda kemana kami harus melalui jalur baru hutan arcopodo, aku dibelakang pun tidak dapat melihat tampak jalur didepan seperti apa, karena aku merasa jalur yang dilalui saat itu tampak begitu jelas dan relatif aman sehingga tidak begitu mengkhawatirkan.

Jarak antara orang perorang dari timku sudah renggang dan terpisah, tapi masih sesuai dengan rekan tandemnya, oh iya dalam perjalanan summit ini peserta aku buat sistem tandem berpasangan, dimana jika salah satu diantara tidak kuat maka rekan tandemnya bertanggung jawab untuk menemani  turun kembali ke kalimati. Sekitar 2 Jam perjalanan, hal yang tidak disangkakan pun terjadi….

“Guuuuuuss….woooii….Stooop””
Guuss tahaaaann….!!

Suara Rizal yang berjarak lumayan jauh dibelakangku berteriak memanggilku, aku menoleh kebelakang, dari jarak yang sudah terlihat Rizal berteriak…

Gusss Tahan anak-anaaak kejaar,...... salah jaluuur…!! Rizal
“Serius Lo Zall….Validd ngga niihh…!!
Gw dikerjar Ranger barusan…kita masuk pintu yang salaah…!!
“Mana Rangernya..??
Turun lagii, dia nyetop pergerakan pendaki lain dibawah biar ga ngikutin kita…
Valid ngga…! Jaluur jelas banget inii…..
Udah Buruan luu kejaar anak-anak didepan jangan diterusin….jalurnya didepan nyempit beda punggungan..!! bahaya buat tim gemuk (tim dengan anggota lebih dari 7 orang)…
Ok, lo tunggu sini lo tahan pendaki belakang kita yang terlanjur masuk ngikutin kita….!!

Aku langsung berlari mengejar ujung depan timku yang sudah terpisah hampir 7 menitan jaraknya….lelah sekali, sontak tubuhku menjadi sangat panas ditengah dinginnya cuaca malam itu didalam hutan arcopodo…

Aku bertieriak memanggil timku yang sudah berjalan terlebih dahulu!
woooooi....
Baliik…balikk salah jaluurr…!
Pesen rante…pesen rante kedepan…balik arah balik araah…!

Sontak yang ada didepan bingung dan tanpa berfikir banyak langsung semua balik arah turun menuju arahku…Tinggal 3 orang peserta lagi yaitu Sarah, Gorip dan Tilil karena ia berada paling depan, sehingga aku masih harus mengejarnya….

Beberapa saat kemudian pergerakan mereka masih terlihat, akhirnya kembali kuteriaki…..Baliiik…Saraah, tilill…salah jalur balik….!! Mereka bertiga pun turun balik arah mengikuti instruksiku…

Aku yang lelah, sejenak beristirahat sambil tergopoh-gopoh dengan apa yang baru saja terjadi, beberapa menit setelah sarah, gorip dan Tilil melewatiku untuk turun aku pun berjalan turun dibelakangnya dengan pikiran yang berkecamuk bingung soal jalur saat itu…

Setelah berkumpul lagi fix dengan anggota tim lengkap, beberapa dari kami coba berdiskusi akupun berdiskusi dengan beberapa leader dari tim lain soal jalur bahkan sempat berdebat lantaran tidak adanya petunjuk dijalur baru. Setelah beberapa saat akhirnya diputuskan untuk kembali ke kalimati hingga menemukan persinggungan jalur yang sebenarnya, atau bertemu dengan ranger yang sedang menahan pergerakan pendaki di persinggungan jalur dibawah.

Setengah jam berlalu akhirnya kami bertemu persinggungan dan ratusan pendaki yang sudah berada pada jalur sebenarnya yang sudah dibelokkan oleh ranger agar tidak mengikuti jalur yang diikuti beberapa tim yang salah diantaranya kami.

Di persinggungan aku melihat jam sudah menunjukan pukul 12.30 wib, beberapa dari timku sudah pecah konsentrasi dan fisiknya drop lantaran kejadian ini, jelas saja syock hampir 2,5 jam perjalanan hanya masih berada di hutan arcopodo, gimana mau sampai ke puncak…hal ini jelas menurunkan semangat dan mental para pendaki, juga sangat membuang energi.

Di persinggungan tersebut aku mengumpulkan lagi tim untuk briefing, dan memberikan pilihan pilihan…dengan berat hati terpaksa harus disampaikan bahwa, kita harus jujur dengan fisik dan diri kita untuk tidak memaksakan…bila memang tidak ingin melanjutkan, maka kita akan pecah tim sebagian untuk kembali ke tenda dan selebihnya tetap melanjutkan ke Puncak sekuat ia mendaki…

Akhirnya dari 17 orang, hanya 10 yang melanjutkan pendakian untuk summit dan selebihnya kembali ke tenda di kalimati. Dari 10 orang tersebut kembali kutentukan formasi tandem pasangan-pasangan lebih ramping untuk bertanggung jawab dengan rekannya mendaki, siapa yang ga kuat dia harus turun menemaninya sampai ke tenda tanpa alasan. Setelah susunan formasi terbentuk kamu mulai perjalanan pendakian….medan yang sempit, macet pendaki, debu vulkanik, dingin dan angin yang kencang menjadi ujian malam itu dalam sisa tim kami.

Satu jam kemudian kami melewati Pos Arcodo, dan langsung lanjut menuju kelik batas vegetasi dan masuk ke cerukan jalur pasir tanda medan pendakian sesungguhnya dimulai. 10 orang dari kami terpecah lagi menjadi 3 tim yang terpisah, didepan sekali ada tim 1 yang beranggotakan Tilil, Fahmi, Sarah, dan Juli dengan jarak yang lumayan terpisah.
Di tengah ada tim 2 Olid, Gigsy, Putri Gita Agustine (wartawati Anteve), dan Gorip,
kemudian dengan jarak yang cukup jauh pula paling belakang ada tim 3 yaitu Permadi, Atiah (aku memanggilnya Uni), dan aku sendiri sebagai penyapu. Antara tim dan tim diantara kami sudah putus komunikasi, masing masing sudah fokus dengan rekan timnya, kemudian 1 jam berjalan menaiki pasir….berat sekali 4 kali melangkah lalu merosot 2 langkah, sangat melelahkan.

Disitu aku masih berfikir pasirnya mirip pasir Merapi, kesulitannya mirip Rinjani…tapi semakin melangkah keatas, aku mengakui pasir mahameru ini sulit dan melelahkan sekali diantara 2 pasir gunung yang kusebutkan tadi…

“Bang Agus….gw ngantuk bangeet bang…rehat bang..! permadi meminta break..
saat itu wajah uni Atiah juga sudah mulai sayu ngantuk dan nafasnya berat…namun tak bersuara…
“Bang ngantuk bang…break yaa…!

Dari kalimati memang sudah tak terhitung berapa kali kami break…hawa saat itu memang sangat membuat mata ngantuk disamping juga karena kelelahan, khususnya Permadi yang kali ini merupakan pendakian pertama dalam hidupnya. Fisiknya bagus hanya saja kurang istirahat dia, jadi pergerakannya terus menurun lantaran ngantuk. Akupun mengarahkannya ke sebuah cerukan pasir lalu bersandar disana,  disitu aku menyuruhnya tidur ayam (tidur yang tidak pules-pules amat) sambil mengawasi serta mempertahankan suhu tubuh mereka, aku terus memperhatikan kondisi setiap gerakan wajah, mata dsb…untuk mengantisipasi serangan Hypothermia.

Saat mereka tidur aku berpindah ke sebuah cerukan batu, diantara tanjakan pasir yang agak sedikit datar, disana aku membongkar daypack, mengeluarkan Parafin veldpless dan air yang aku bawa.
Segera aku memasak air untuk membuat milo dan menyiapkan jelly yang kubawa dalam daypack. Beberapa pendaki yang lewat mencoba membantu dengan menyorotiku dengan senter, sebab agak aneh di jalur pasir kok sempet sempetnya masak….Hal ini aku lakukan untuk mencegah kemungkinan dropnya tubuh kedua rekanku ini. Setelah matang milo panas yang tercampur sedikit pasir aku berikan ke Uni dan Permadi, aku bangunkan mereka dan memaksa untuk meminumnya sambil memotivasi agar tetap riang untuk melanjutkan pendakian. Jam saat itu menunjukan pukul 02,30wib pagi, anginnya kencang sekali suhu saat itu 3-5 derajat diatas pasir dingin Mahameru.

Setelah selesai, aku pun membereskan perkapku kembali kedalam tas dan melanjutkan perjalanan lagi...Permadi, Uni atiah di depanku kemudian aku sendiri….srasaat srosoot srasaat srosoot…injakan pasir yang sulit untuk ditapaki, lelah sekali, kami mendaki tanpa suara…hening.

Setengah jam berjalan akhirnya aku bertemu tim 2...si Olid, gigsy, Juli dan Putri yang juga sedang break lama…nafas mereka sama dengan kami, berat semua, jalurnya melelahkan sekali…

Where is Gorip..?

“Gus lo liat gorip ga? Tadi kan lewat turun diaa…..kedinginan katanya…”ujar Gigsy
Ngga, ngga liat gw gorip gw…ma siapa dia turun…??
Sendiri….!
Edaan….laah tandemannya siaapa emang kok sendiri?
“Yaah dia maunya sendiri..gapapa katanya….”!
Hmmm…Gorip…gorip…ah sampai lah dia pasti ke tenda, coz dia cukup berpengalaman dalam pendakian…pikirku

Mpuut gimanaa…masih semangaaat…??
Masih paak….! Putri menjawab dengan lirih sambil menahan lelah nafasnya, langkahnya perlahan masih tertanam didalam pasir…
Mpuut….kamu tambah tandemman deh…sama Permadi ya,??

Permadi aku minta untuk menemani Putri, kemudian aku berikan Webbing ke Putri untuk digunakan menarik dirinya…

“Mpuut nih webbing….Permadi..!! si Putri pokoknya tarik aja yaa….istirahat jangan lama lama trus tarik lagi…gitu terus sampe atas…kamu kuat pasti..! ujarku ke Putri dan Permadi
“Iya bang…..! Permadi pun mulai menggunakan webbingnya menarik Putri….
“Ayoo semangat ya puut…masih jam 3…pasti sampe kita ke Puncak…!!
Iyaa….! Jawab Putri…

Dari situ kami sudah terpecah lagi….Olid dengan Gigsy, Aku dengan Uni, dan Permadi dengan Gigsy, kemudian kami mulai terpisah jarak.

Aku melihat jam menunjukan pukul 03.30 wib…aku dan uni masih terus mendaki, hampir dari awal perjalanan Uni tidak bersuara, ia sangat konsentrasi dengan nafasnya, dengan langkahnya dan dengan pengaturan air minumnya dan dengan ketahanan tubuhnya menahan dingin…ini pendakian ketiganya yang ikut bersamaku, pendakian pertama bersama myQpala ke Gede via salabintana, selebihnya semua event Petualang Nusantara ia selalu ikut didalamnya termasuk trip Semeru kali ini, setidaknya cara dan segala sesuatunya sudah cukup terlatih.

Sampai pada titik di tengah jalur pasir, kondisi saat itu sangat lelah tanda tanda puncak puncak pun masih jauh sekali, sedangkan psikis uni saat itu sedikit demi sedikit mulai turun…diawali dengan ngantuk dan gumamman aneh dan berakhir break di sebuah cerukan batu untuk menghindari angin lembah yang sangat besar dan dingin. Diantara debu dan lalu lalang pendaki yang melewati posisi kami satu satunya hal yang bisa aku lakukan terhadap uni adalah menjadi orang cerewet, yah cerewet…berulang kali aku harus merewind kata-kataku untuk memotivasi, juga membohongi kalau puncaknya sudah dekaat, kemudian sebentar lagi sampe, dan sebagainya hingga uni sendiri menjadi sangat jengkel kepadaku saat itu. Tak lama kemudian dia menangis...Sontak aku bertanya..

“Loh kenapa nangiis Un??...(pikirku mau hypho nih orang, tapi tanda fisiknya belum mengarah kesana)
Uni tidak menjawab….
Tapi beberapa saat kemudian ia berteriak..”Ngapain sih kesiniii…..kurang kerjaaan bangeet!!
“Tau gitu tadi di tenda ajaa…”….ndumel uni sambil mengarah kepadaku..
“Yee tadi suruh balik ngga mau…..udaah, tuh udah dekeet puncaknya tuh abis batu itu juga keliatan!! Ujarku PHP
“Bodo….”!!
Hmmmm…..! akhirnya aku duduk dan berdiri lalu duduk berdiri lagi nunggu kondisi psikisnya kembali tenang, sembari menggerakan badan untuk menghangatkan tubuh…sesekali nyanyi, sesekali puisi, sesekali teatrikal jadi Pendekar Bertopeeng Sinchaan…(salah satu cara mengatasi dingin adalah bergerak dan bersuara)
“Brisiiiik…nih….! Uni bersuara lagi…

Huufftthh….akhirnya aku memberikan 2 pilihan kepadanya saat itu…karena melihat waktu yang semakin pagi dan jauh dari target puncak…!

“Ya sudah sekarang gini…aku kasih pilihan niih…mau turun apa lanjutt??”
“Kalau mau turun…silahkan turun…SENDIRI!..(sedikit ngancem) karena aku mau tetep lanjut naik keatas….jadi kamu kalau mau turun, ya turun sekarang sana yaaa…gampang tuh tinggal ikutin aja yang pada turun..! (sebenernya ga mungkin gitu, itu shockterapy aja biar ada pergerakan dan keputusan…kl memang turun ya pasti tetap aku anterin sampe tenda dengan selamat)…

hehehe..Shocktherapy Sucessed…Uni memilih,
“Yuk Lanjuut…semangat semangat..!
“Laah nih orang….! Aneh dan ga jelas….ia langsung berdiri dan melangkah lanjut sambil merayap gesit sekali….tapi sayangnya cuma bertahan 20 meter kedepan setelah itu duduk lagi…hehehehe

aku pun menyusulnya, setelah sampai pada posisinya tak banyak berkata-kata aku pun dengan jacketnya menariknya terus agar melanjutkan pendakian…persis kaya truk gandengan, tarik trus ga tau apa yang ada didepan…! Sampai tiba-tiba…..

Awaas Batuuuuu…!! Awaaasss woooi batuu woooiiii!!
Suara Gemuruh batu yang besar yang longsor dari atas terus menggelinding kebawah menuju arah sisi kiriku…semua pendaki loncat kesisi kanan…
Batu sebesar Motor Vespa…besar sekali longsor menggelinding…!

Ini bukan kaya di film 5 cm yaa, This is Real….Gluurrllkkgluurlllkk…batu tersebut melewatiku dan terus menggelinding kebawah....Mahameru saat itu penuh dengan teriakan, batu putih besar terlihat jelas menggelinding kebawah menuruni jalur pendakian…
Sampai akhirnya batu tersebut berhenti di jurang sekitar kelik dengan menimpa dua orang Pendaki dengan kondisi kaki patah dan Luka Parah  terkena batu tersebut.

Putri Gita Agustine salah seorang pesertaku yang ditarik oleh Permadi Syock…nangis melihat kejadian itu, melihat batu yang begitu besar melintas disampingnya hingga membuat ia berlindung ke sebuah cerukan menghindari longsoran tersebut…Saat itu juga ia memutuskan turun, lantaran down dengan kejadian yang membuat heboh sepanjang jalur…ini akibat pendaki diatas yang ceroboh dalam menginjak pijakan batu yang mudah longsor. 2 Korban yang tertimpa batu mendapatkan pertolongan dari beberapa pendaki dibawah, dan sebagian lainnya memanggil bantuan rescue ke kalimati untuk penyelamatan.

*Pada saat turun aku bertemu pendaki yang terluka tersebut di tandu, cukup lama pendaki yang terluka tersebut terbaring diatas pasir untuk menunggu bantuan datang.

Huuffh….peristiwa tersebut membuatku deg-degan…begitu juga uni…begitu juga pendaki lain yang ada diatasku...
Tapi apapun yang terjadi aku harus tetap mendaki dan melanjutkan perjalanan hingga ke puncak…Kutarik lagi uni agar terus berjalan, karena posisiku yang nanggung untuk turun makanya memaksimalkan sekuat tenaga gimana caranya bisa berdiri di puncak.

Pukul 05.30…..ditengah kerongkongan yang kering, air dalam veldplesku hanya tinggal beberapa mili saja, tapi sengaja aku tak meminumnya….sedangkan botol minum uni masih tersisa sedikit juga untuk bekal minum kami. Kami mencari cerukan batu lagi dan kemudian melaksanakan sholat Shubuh sambil break istirahat…Indahnya pagi dalam guyuran cahaya matahari dalam udara dingin sangat menyegarkan dan membuat bersemangat.

Setengah jam kami beristirahat di batu tersebut, tak lama kemudian datang Olid sendirian menuju kearah ku…..

“Guuus…..Aeerrr….aeer, bagi aerr…..haduuuh drop banget gue…!
“Air lo kenapa….Abiis??
“Iye…bagi doong….
Tinggal sedikit gpp nih….!! Aku menyerahkan botol minum Uni yang masih bersisa air lebih banyak dari punyaku…sedangkan yang ada dalam veldplessku untuk kebutuhan kami berdua mencapai puncak.
Liid…Mana Gigsy…?
Baliik…semuanya turuun…tinggal kita..!! Ujar Olid
“Ooh…Tim 1 masih didepan, kayanya udah dipuncak deh..ga keliatan! Mudah mudahan aja nunggu dan masih punya air mereka…! Lo masih kuat ngga? Gw mau jalan lagi…!
“ya udah jalan aja cari air sekalian…”!

tak lama kemudian ada seorang pendaki melewati olid dengan menenteng botol air yang isinya msih sangat banyak….Olid pun memintanya dengan dengan wajah payah dan lelah, orang tersebut pun memberikan sebagian airnya dan di isikan kedalam botol air milik uni yang kuberikan…

“Liid…dah dapet air kan lo, gw jalan yaa…..! ketemu diatas..
Ok deh…!

Aku melanjutkan pendakian bersama uni masih dengan menariknya, waktu menunjukan pukul 06.30 wib pagi…jalur sudah terlihat terang dan jelas, puncak bayangan Mahameru juga sudah terlihat tapi untuk mencapainya membutuhkan waktu 2 jam lagi estimasiku, haaah…tenggorokanku dah pahit sekali, kering tenggorokan namun melihat air yang sangat sedikit aku terus menahannya untuk tidak minum untuk berjaga jaga.

Tepat pada pukul 06.50 wib pagi….letupan pertama Jonggring seloka perdana keluaar…Duughhfft…indah sekali…!

Letupan nyanyian jonggring seloka betul-betul membakar semangatku lagi pagi itu, begitu juga uni….setelah letupan itu langkahnya menjadi lebih cepat dan kini uni tidak lagi ditarik, ia bergerak melewati dan meninggalkanku menuju puncak sendiri…! Aku pun melangkah pelan melanjutkan langkah pasir menuju keatas sampai akhirnya bertemu uni kembali yang break, kemudian kami berpas pasan dengan Tim 1 yang terdiri dari Tilil, Fahmi, Sarah, & Juli yang sedang bergerak turun. Tim satu ini sudah lebih pagi berada di puncak….saat itu aku memberikan penawaran lagi kepada uni…

Uni…mau lanjut apa mau turun? Kalau mau turun mumpung ada barengannya ini..? aku bertanya padanya
Hmmm…*mikir!
Lanjut aja tanggung banget….! Uni memilih melanjutkan lagi pendakiannya…
“Oke deh Juul…gw minta air sini sedikit lo kan tinggal turun, buat nambahin perbekalan sampai atas niih…” aku meminta sisa air yang tersisa pada tim 1.

“Good Luck ya bro…dikiit lagi ayo teruss semangat ntar keburu jam 9 Loh..!

yaa memang untuk berada di Puncak Mahameru itu terbatasi waktu…makasimal jam 10 pendaki sudah harus menuruni puncak tersebut, lantaran arah angin yang berbalik membawa gas beracun dari kawah Jonggring Seloka….
Aku melihat jam, waktu menunjukan pukul 08.00 wib pagi…..dah terlalu siang, tapi semangatku tidak menyurutkan untuk kembali kebawah lantaran warning gas beracun tersebut…

Akhirnya…..Alhamdulillah pukul 08.30 wib pagi aku dan uni menginjakkan kaki di Puncak Mahameru, aku tak perlu banyak menceritakan apa yang ada di puncak ini dan bagaimana rasanya ketika berada diatasnya….penuh rasa syukur…! Aku melihat uni tak bersuara ketika sampai di puncak, karena tingkat keletihannya sudah sangat memuncak.., aku segera mencari lokasi Rehat yang terhindar dari angin dan aman. Setelah mendapatkan tempat yang kuinginkan uni beristirahat disana, sambil memakan coklat yang ia bawa dalam jaketnya, sedangkan aku harus keliling memutari areal puncak untuk mengemis air, karena air kami habis.

Tidak semua pendaki gunung itu murah hati dalam hal air….Beberapa tim yang kutemui di Puncak Mahameru untuk kuminta airnya, namun hanya jawaban maaf Bang ngga cukup…padahal aku melihat dengan mataku sendiri 2 Botol Air mineral 1,5 Liter berdiri disamping kakinya….15 menit berputar mencari air, akhir aku bertemu pendaki wanita yang kondisinya sangat payah, ia belum lama juga sampai kepuncak…ditangannya ada Botol mineral 1,5 liter terisi penuh Air, aku pun memintanya walaupun aku kasian melihat wajahnya yang payau…

“Mba, maaf boleh minta airnya sedikit…saya keabisan air mba sama temen saya berdua perempuan lagi keausan…!!”
Ooh..ini mas ambil aja yg banyak…gpp saya masih ada lagi ma temen dibelakang…!
“”Wah…alhamdulillah..makasih ya mba, aku segera mengisikannya kedalam veldplessku air tersebut secukupnya dan kemudian berpamitan..

Aku kembali ketempat uni beristirahat diatas ketinggian, lalu kemudian memberikannya air sambil memintanya bersuara, sebab dari saat sampe puncak belum mengeluarkan suara sama sekali kecuali isyarat gelengan atau anggukan…
Akhirnya setelah minum air dan menelan coklat…..ia pun bersuara..

“Orang kok ngapaiin mau repot repot kesinii….gilaaa bgt…!
“liat tuh dari situ ya kita jalaan…*sambil nunjuk jalur dan gunung posisi start kalimati…
Yeaah…ga usah ngomong ah, dah nyampe puncak niih…dimana mana orang kalau sampe puncak tuh girang..loncat…ngapain kek…ini kamu aneh banget…!
*sambil nengguk air aku berkata padanya..!
“Capek tauu…! Kamu ngga ngerasain siih….*kata uni
“Laaah ngga ngerasain gimanaaa, kamu manjat ma siapa emangnya…gemes sambil gigit coklaat…! Minta dipentung nih orang…

15 menit berselang, Olid tiba dipuncak dan bertemu denganku dan akhirnya dari tim kami hanya 8 orang yang berhasil sampai puncak dan terbagi menjadi 2 tim…aku tim belakang dan tim kesiangan sampai puncak….Olid, Uni Atiah, dan Aku merupakan sisa orang terakhir dr timku yang masih berada di Puncak.

Olid pun kemudian melakukan hal yang sama gantian denganku yaitu mengemis air…hahaha, bedanya ia kembali dengan air dan sebotol susu segar hasil pemberian orang sedangkan aku hanya air biasa pelepas dahaga…kalau olid adalah penyempurna dahaga.

Setelah menikmati puncak, recovery tubuh, dsb…kulihat jam menunjukkan Pukul 09.30 wib mendekati batas waktu warning berada di Puncak Mahameru, kondisi di puncak saat itu masih ada banyak pendaki yang beristirahat, foto dsb…sebelum turun aku, Olid, dan Uni menyempatkan foto di tiap spot khusus di Puncak Mahameru…dan berpamitan meninggalkan senyum kepada kawah jonggring Seloka. Ini Nusantaraku, terimakasih Ya Rabb Kau mengizinkan takdir-Mu untuk kami sampai disini…dan pastinya ini tidak akan mungkin bisa dilupakan.

“Ketika verbal terucap sebagai bahasa..
tuturnya lembut seperti mengalun tulus..
mendayu-dayu mengalir melewati sentuhan..
yang rasanya hangat seperti pelukan Bunda..

Kalau saja cahaya Aurora dan bintang bisa dipetik..
Maka telah kukantungi beberapa bilah daripadanya..
Yang menyala menerangi pasir malam
Baru sekejap bulan diatas kepala…
Waktu begitu cepat mengetuk
Kemudian menggesernya dengan Matahari…

Letupan pertama Mengoyak jiwa
Namun mata terus mengejar rasa…
Setapak..setapak..dan setapak…
Mahameru diantara abadinya Puncak Dewa..
Dengan Riuh Jonggring Seloka bersama cinta..

Agus Setiawan

52 komentar:

  1. Cerita pendakian, terutama Mahameru, selalu bikin dada ikut terenyuh. Selamat ya!

    BalasHapus
  2. Tepat saat saya mendaki Semeru bulan Mei 2017. Ada pendaki dari rombongan lain yang meninggal karena terkena batu yang menggelinding dari atas. Sebetulnya sudah ada briefing untuk para pendaki bahwa hanya boleh sampai di Kalimati. Saya pun hanya sampai hanya sampai Kalimati saja, karena kehabisan tenaga akibat membawa keril 80 liter full, yang beratnya luar biasa. Mayoritas rombongan kami melanjutkan sampai ke Puncak Mahameru. Alhamdulillah semuanya selamat.
    Pendakian hari itu bakal menjadi memori rombongan kami.
    Semoga para pendaki memperhatikan aspek keselamatan pendakian.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ga seindah dengan apa yang ada di catper, foto IG atau film kaan...heheh

      Hapus
  3. Mahameru gak ada matinyeee

    BalasHapus
  4. 1001 ceritapun tentang pendakian mahameru, tidak akan membosankan. Selalu ada sesuatu kenangan tertinggal di sana. Keren atuh pengalaman Mas Agus di Mahameru...

    BalasHapus
  5. Keren ceritanya bang. Serasa baca novel karena gak ada tambahan foto pendukung tapi bener2 bisa divisualisasikan oleh pembaca..

    BalasHapus
  6. Mahameru again (again) selalu punya cerita sendiri bagi setiap pendaki

    BalasHapus
  7. Ih seru dan menegangkan ya pengalamannya. Btw aku mau tanya mas, klo bt pemula itu baiknya naik gunung apa dulu ya? Soalnya aku pengin banget nyobain nanjak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gunung bongkok di Purwakarta, lalu gunung Gede di Cipanas, kemudian gunung guntur di garut...itu urutan tahapan yang baik untuk memulai suka dengan pendakian, karena 3 gunung itu singkat mewakili karakter gunung yang ada

      Hapus
  8. Cerita gunung selalu di warnai dengan saling menyemangati dan mendukung. Melatih membuat keputusan keputasan sulit dengan cepat. Gunung itu mengajarkan perjuangan hidup dan laut mengajarkan ketenangan. Kangen naik gunung 😓😫

    BalasHapus
  9. Jadi merindukan kisah summit Mahameru itu lagi.

    BalasHapus
  10. Bacanya berasa naik Mahameru. Keren..

    BalasHapus
  11. Keren catatan perjalanannya, ga bosen baca dari awal sampe akhir 👍

    BalasHapus
  12. Berasa baca novel, dan membayangkan di sana. kerennnnnnnnnnnn!

    BalasHapus
  13. Berasa ikut ndaki juga...
    Itu uni lucu jg ya orangnya, gampang dipanasin hehee

    BalasHapus
  14. "Kan kugapai Mahameru" tiba2 kenangan zaman SMA sewaktu aktif di organisasi pencinta alam sekolah terbayang lagi pas baca tulisan Mas Agus. Tulisannya filmis banget, detail bikin kita seolah merasa di sana

    BalasHapus
  15. Ceritannya keren seperti novel. Aku baca dari awal sampai akhir seperti ikut ngalamin kejadiannya. Puisinya juga keren, perjalanan juga bisa menginspirasi sebuah puisi ya

    BalasHapus
  16. Jadi flashback anjirrr, juli 2017 gw ke Semeru dengan tim 9 orang. Dan waktu berangkat summit cuma 7 orang karena 2 orang ga sanggup dan tetep istirahat di tenda Kalimati. Berangkat 00.30 dari Kalimati di tengah jalan temen gw 1 orang ga sanggup dan balik lagi turun ke tenda. Dan alhamdulillah gw sampe berdua sama temen yang namanya Aldy tepat jam 5.30 saat sunrise dengan jalan ngebut karena ga tahan istirahat lama2 dingin banget cuy. jam 6.30 tim udah lengkap 6 orang di puncak mahameru yang biarpun pagi dinginya masyallah dah gokil. Ah masalalu yang indah wkwk.

    BalasHapus
  17. mahameru selalu punya cerita,,

    BalasHapus
  18. Awal cerita yang menegangkan. Saya ikut deg-degan bacanya. Tapi jadi pengalaman berharga banget ya bisa salah jalur gitu.

    BalasHapus
  19. Gilaaaa banget perjuangannya!!!! Mungkin aku bakal sependapat dengan Uni, ngapain sih harus capek-capek naik gunung????! Haha *ditabokin para pendaki

    Tapi serius, ini seru banget perjalanannya, sampe salah jalur segala. Dan gak tanggung-tanggung woy salahnya. 2,5 jam! Whyyyyy!!! *ikutan kesel

    Salut banget sama Mas Agus, staminanya keren banget! Udah lari-lari ngejar tim paling depan pas salah jalur, eh, pas summit masih harus narik Uni. Tapi masih aja semangat gitu. Luar biasa!

    Btw, sayang banget gak ada fotonya. Padahal dengan beratnya jalan (baca:cerita) yang dilalui, pembaca pengen juga ngerasain sensasinya melihat puncak Mahameru :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kadang fotonya malah menghilangkan suasana yg sudah tergambar dalam bayangan imajinasi kita...heheh

      Hapus
  20. Seru bangeeeettt, puisinya juga kereen

    BalasHapus
  21. Naik gunung memang selalu mengajarkan kita banyak hal ya.
    Btw, setuju! Naik Mahameru itu lebih berat dari Rinjani, tapi turun dari Mahameru lebih menyenangkan daripada Rinjani.
    Untung timnya selamat ya Mas, meskipun salah jalur.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaa...betul sekali...jadi pengalaman juga sih, jadi tim pertama yang menyusuri jalur baru saat itu..

      Hapus
  22. mas agus.. jadi bener2 pengen naek nih.. duh.. temenin lah...

    https://www.ekasiregar.com

    BalasHapus
  23. Mahameru...yang selalundisebutw..pengenku cuma satu Ranukumbolo..wkwkwk

    BalasHapus
  24. Aku ampe berkaca2 baca cerita ini.. pasti meengharukan banget bisa ada di puncak mahameru apalagi naiknya dengan waktu sepanjang itu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya memang meleset jauh dari estimasu waktu yg direncanain...

      Hapus
  25. Ikut hanyut baca cerita. Ikutan merasa capek, degdegkan dan lain lain.
    Kebayang waktu kamu berusaha memanggil tim yang salah jalan, untung semuanya balik lagi ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. sempet was-was..karena yg paling depan dah terpaut jauh, alhamdulillah dikasih fisik sehat saat itu jd bisa menjangkau..

      Hapus
  26. Seru banget mas kisah perjalanannya..

    BalasHapus
  27. Keren bang pengalamanya,ternyata lo temenya putri ya wkwk. Gw dah dpet cerita ini dari dia

    BalasHapus
  28. Kurang Ajar nih yang nulis. Mengharukan sekali ceritanya, saya ngebayangin kalau saya yang Naik, pasti diatas saya udah nangis doang.

    Kalau Tuhan sudah berkenan, semua Akan terlaksana, seperti menuju puncak ini.

    BalasHapus
  29. temennya mas Permadi jagoan neon sekali yaa, nanjak pertama ke mahameru. aku sungguh iri dan jadi ingin

    BalasHapus
  30. Seru perjalanannya. Terimakasih sudah berbagi :)
    https://helloinez.com

    BalasHapus
  31. keren bisa sampai puncak, perjuangan yg ga sia2 yaa.. semoga saya jg bisa menyusul

    BalasHapus
  32. Pasirnya Semeru emang bikin geregetann. Aku juga ngirain sama kyk pasir merapi, ehh ga taunya berkali-kali lipat lebih susah. Tapi pas jalur turun, aku malah suka banget sama pasirnya.

    BalasHapus

FOLLOW US @ INSTAGRAM

Popular Posts

agusonpapers. Diberdayakan oleh Blogger.

Facebook