fffffiiihhuuuufff…….Riuh angin dingin diiringi gerimis lebat
sore ini mewarnai langit Lembang yang membuat dingin kawasan yang sudah dingin
ini, Alhamdulillah Hujan gerimis yang turun ini betapa menjadi sebuah nikmat
terindah bagi penduduk disekitar Villaku ini…sebab di Jakarta dan daerah
penyangga sekitarnya saat ini dalam kondisi yang kering lantaran kemarau
panjang, bahkan di beberapa tempat sudah sulit untuk menemukan air bersih untuk
kehidupan sehari hari sehingga bergantung pada upaya pemerintah melalui PAM dan
bantuan air lainnya. Belum lagi kondisi panas yang belakangan ini semakin
menjadi jadi teriknya, seakan akan Bumi ini dah memasuki usia tertuanya dan akan hangus dalam waktu
yang tidak lama lagi..
Aku berjalan menuju jendela lantai dua kamar tempatku berada
untuk menutupnya, karena dingin sekali hawa sore menjelang malam ini. Hari ini
sengaja aku singgah di tempat ini sejenak untuk beristirahat dan berkontemplasi
dengan diriku sendiri, rehat dari segala jenis aktivitas dunia yang terus
terang membuatku lelah dan menjemukan…berada di sini memang sedikit membuatku
merasa lebih tenang dan bisa lebih mudah untuk menyegarkan kembali pikiranku
yang keruh….sepertinya nikmat sekali kalau saat ini aku habiskan waktu untuk membaca
di Kursi malas dengan kaki berselonjor sambil bersanding dengan kopi susu
hangat di sampingku. Segera ku panggil karman untuk membuatkan kopi yang sudah
kubayangkan ini segera….Karman adalah anak buahku yang kutugaskan untuk merawat
dan menjaga villa ini sehari hari. Sambil menunggu Karman sebelum aku memulai
bercengkrama dengan buku bacaan, tak lupa aku memberi makan 2 ekor kura kura kecil dalam akuarium di sudut
lemari kamar ini…pantasnya menurutku disebut toples kura kura, karena dilihat
dari ukurannya persegi empat sangat kecil untuk dikatakan sebagai akuarium…lucu
sekali kura2 ini yang muncul dan tenggelam dan terus bergerak seolah tidak
pernah lelah.
Tak lama berselang Karman muncul membawakan Kopi susu hangat
dan pisang rebus…”Wah, Pak Karman tau
aja jodohnya Kopi dingin dingin begini”…
lalu pak Karman menjawab “Lah kebetulan memang sudah saya siapkan Mas Dimas, tadi pagi pas Mas dimas Telepon mau datang kesini saya langsung kepasar aja cari pisang buat direbus, kan Mas Dimas suka sama Pisang Rebus.., Mas Dimas..kok kesini sendiri, mana toh pacarnya…kok kayanya saya ngga pernah liat Mas Dimas sama pacar atau calon istri toh….dah mau tua Mas, wis Sugih, segalanya dah punya, tinggal apa lagi toh.. apa ga punya keinginan nikah Mas Dimas…”
Pak Karman ini memang memanggilku ini dengan panggilan Mas Dimas…tersenyum aku mendengar pertanyaan Pak Karman yang keluar dari mulutnya sembari tangannya menyajikan Kopi susu pesananku dan Pisang rebus buatannya…
”Ya Kepingin toh Pak Karman…moso nikah ga mau…yo soal itu mah rahasia sy doong, Pak Karman mau tau ajaa…nanti kalau ujug2 saya bawa perempuan kesini berdua, Pak Karman malah mikir yang ngga ngga toh…ha..ha..ha…”…lalu Pak Karman membalas lagi…”yo nda gitu toh Mas…Bapak mah percaya lah Mas Dimas ngga macem2…yo wis Mas lah, Bapak mau kebawah dulu…mau ngembalikan motor, semua keperluan Mas Dimas sudah saya siapkan, nanti kalau ada perlu apa apa sy ada di kamar saya dibelakang ya Mas”…..Baik baik Pak Karman terima kasih ya Ujarku.”
lalu pak Karman menjawab “Lah kebetulan memang sudah saya siapkan Mas Dimas, tadi pagi pas Mas dimas Telepon mau datang kesini saya langsung kepasar aja cari pisang buat direbus, kan Mas Dimas suka sama Pisang Rebus.., Mas Dimas..kok kesini sendiri, mana toh pacarnya…kok kayanya saya ngga pernah liat Mas Dimas sama pacar atau calon istri toh….dah mau tua Mas, wis Sugih, segalanya dah punya, tinggal apa lagi toh.. apa ga punya keinginan nikah Mas Dimas…”
Pak Karman ini memang memanggilku ini dengan panggilan Mas Dimas…tersenyum aku mendengar pertanyaan Pak Karman yang keluar dari mulutnya sembari tangannya menyajikan Kopi susu pesananku dan Pisang rebus buatannya…
”Ya Kepingin toh Pak Karman…moso nikah ga mau…yo soal itu mah rahasia sy doong, Pak Karman mau tau ajaa…nanti kalau ujug2 saya bawa perempuan kesini berdua, Pak Karman malah mikir yang ngga ngga toh…ha..ha..ha…”…lalu Pak Karman membalas lagi…”yo nda gitu toh Mas…Bapak mah percaya lah Mas Dimas ngga macem2…yo wis Mas lah, Bapak mau kebawah dulu…mau ngembalikan motor, semua keperluan Mas Dimas sudah saya siapkan, nanti kalau ada perlu apa apa sy ada di kamar saya dibelakang ya Mas”…..Baik baik Pak Karman terima kasih ya Ujarku.”
Nikmat sekali badan ini setelah menyelonjorkan kaki dan
merebahkan di kursi malas ini, sambil memeluk buku yang akan ku baca, bayang
bayang harapan kembali sedikit demi sedikit merasuki pikiranku….Dalam usiaku
yang ke hampir menginjak 38 tahun ini
bisa dikatakan tidak muda lagi dan juga tidak terlalu tua, tapi pencapaian yang
sudah kudapatkan dalam hal materi sudah sangat mencukupi, orang lain
menamakannya dengan kata sukses, tapi menurutku belum….Aku memiliki beberapa
perusahaan, ada yang di bidang Tambang,
Penyiaran, Properti, dan Usaha mikro binaan binaanku yang tersebar hampir diseluruh Pulau Jawa. Sehingga
bukan sesuatu yang sulit bagiku bila hanya untuk membeli barang apapun yang
bersifat materi seperti Villa Lembang ini yang sekarang aku tiduri….
Semua hasil yang aku peroleh ini adalah murni kerja keras
dan keringatku, awalnya aku hanya seorang bocah kampung bersandalkan jepit,
dekil dengan nasi tiwul sebagai konsumsi makanan sehari hari. Dulu aku hanya
seorang bocah yang hari harinya hanya ngarit di pagi harinya dan mengangkat
batu di sore harinya untuk membantu Nenek dan orangtuaku yang miskin…yah memang
keadaan hidup saat itu sangat susah untuk mendapatkan uang……….Tapi ya sudah lah…semua
itu sudah berlalu, paanjaang sekali perjalanan itu ku lalui dengan air mata,
keringat, darah, dan rasa cinta dan keikhlasan yang mendalam….memang baru 2
tahun terakhir ini hasil kesuksesan yang orang bilang baru aku rasakan, hasil
dari semua perusahaan dan nikmat lainnya aku nikmati…sebelum sebelumnya hanya
kerja keras yang menghiasi hari demi hariku, maka itu ada hal yang selalu
kutunda untuk fokus aku pikirkan yaitu Nikah….Baru akhir akhir ini memang Nikah
menjadi rencana berikutnya stelah aku membahagiakan orang tuaku, adik-adikku,
kampungku…dsb.
Aku berangkat dari kampung hanya dengan satu mimpi dan
harapan yang tertanam sangat dalam di otakku…yaitu Aku harus bisa sampai ke
suatu negeri di awan Sana…!!
Mbak Sulastri…yah mbak Sulastri adalah orang yang telah
meracuni otakku dengan sebuah doktrin indah, yang dengan ini membuat aku kecil
saat itu mempunyai mimpi dan cita cita yang meledak ledak sedemikian rupanya
agar bagaimanapun ku harus sampai ke negeri di Awan sana yang didalamnya
bermuara kedamaian dan ketenangan, jauh dari hidup susah dan selalu dalam
keadaan yang serba cukup dan ada…..
Mbak Sulastri adalah satu satunya wanita dewasa saat itu
dikampungku yang sudah menjamah Jakarta walaupun di Jakarta ia hanya bekerja
sebagai Pembantu Rumah Tangga, saat itu dia sedang pulang ke kampung kami dalam
waktu yang cukup lama….Mbak Sulastri adalah sosok yang sangat menyenangkan, cantik
tutur bahasanya lembut, santun, dan apa yang keluar dari mulutnya selalu
mengajarkan aku kecil dan teman teman sebuah motivasi bagaimana kita harus
senang dalam menjalani hidup, ikhlas, dan terus menyenangkan orang tua. Setiap sore
di lading dekat surau kami berkumpul untuk diajarkannya membaca, malamnya
setelah mengaji Mbak Sulastri membawakan dongeng…bukan hanya dongeng2 negri
ini, tapi dongeng-dongeng paradox, serta dongeng karangan ia sendiri yang
tujuannya adalah membuat kami terus memiliki mimpi.
Pernah suatu sore bersama teman-teman, aku diajak Mbak
Sulastri menuju ke sawah, untuk mengambil keong tutut untuk kami santap
malamnya, karena rencananya malam itu Mbak Sulastri akan menceritakan sebuah
kisah yang katanya kisah ini belum pernah ada di negri ini sebelumnya….tentu
buat kami itu menjadikan sesuatu yang penasaran…karena itu kami bersemangat
sekali mencari tutut membantu mbak Sulastri. Ditengah pencarian, aku menemukan
seekor anak kura-kura kecil yang lucu…saat itu hendak ku lepaskan karena
percuma ngga bisa dimasak pikirku, tapi disaat aku akan melepaskannya dari belakang
mbak sulastri berteriak…..”Opo iku Dimas….” “…ini loh mba kura-kura, mau Dimas
lepas..ujarku.
“Jangan…jangan dilepas buat mbak aja, mbak suka”, mbak sulastri mendekat menghampiriku untuk
melihat kura-kura kecil ini dari dekat. “Dimas plastikin aja ya mba, nanti biar
ditaruh di kolamnya lili, kan disana ada temennya ikan ikan” aku berkata kepada
mbak sulastri.
“Iya nda papa, yang penting jangan dilepas kesawah lagi…mbak
suka kura-kura ini, kamu tau dimas apa yang hebat dari kura-kura ini…? Aku menjawab
“nda tau mbak, opo toh mbak?
Mbak sulastri meneruskan ucapannya…”Lihat dari kecil
kura-kura ini sudah menjalani kehidupannya dengan menggendong beban
tempurungnya yang berat…sampai ia mati kelak, ia sabar menjalani hari harinya,
berjalan pelan dari hewan lainnya, wajahnya yang selalu tampak layu dan lelah…tapi
dia terus saja senang dengan apa yang sudah ia takdirkan.., ia kan”! nah kamu
juga harus begitu dimas, walaupun kita ini anak desa dan hidup susah tapi kita
ndak boleh menyerah…kita harus sabar, dan harus kerja keras, trus membahagiakan
mbokmu, juga jangan malu punya mimpi yang besar…!!.....
Ucapan mbak sulastri kali ini membuat ku bengong di tengah
sawah sore itu, mataku bergeser dan berpindah dari mbak sulastri ke kura-kura
lalu kembali lagi…entah mengapa perkataan itu masuk sekali kedalam hatiku, dan
terus terekam dalam otakku…saat itu aku tidak tau apakah temanku yang saat itu
mendengar perkataan mbak sulastri mempunyai perasaan yang sama denganku.
Waktu pencarian keong tutut pun selesai….kami semua berjalan
berjajar menyusuri tanah sawah menuju pulang, sedangkan Lili, Atmini, Galuh,
dan Eko ikut bersama Mbak Sulastri mengolah Keong itu untuk kami santap malam
nanti….”Jangan lupa ya…Konco-konco kumpul nanti malam dirumahnya Galuh sehabis
ngaji..” teriak Eko ke pada kami sesaat sebelum berpisah menuju rumah masing2.
Malam yang ditunggu tunggu pun tiba…..sepulang dari mengaji
di surau…sengaja aku tidak langsung kerumah karena aku sudah ijin sama Mbok…tapi
menuju rumah Galuh menantikan cerita Mbak Sulastri yang dijanjikannya tadi
sore...Teras rumah Galuh ini memang lumayan besar, walaupun dari kayu tapi
sangat nyaman sekali untuk digunakan sebagai tempat rapat kampung, atau ngaji
keliling, kenduri, atau lain sebagainya. Sepanci tutut pun keluar dari dari
dalam rumah Galuh…dan Mbak Sulastri sendiri yang membawakannya dan menaruhnya
persis di tengah tengah kami yang duduk melingkar bergerumun…tanpa banyak basa
basi aku langsung menyeruput keong tutut hasil tangkapan tadi sore…rasanya
nikmat sekali, ditambah nasi yang juga ternyata disiapkan oleh orang tua galuh
untuk kami makan. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menghabiskan tutut
sepanci ini, sebab mala mini semua yang ada disini memang belum makan…jadi
sekejab saja nasi dan tutut ini habis.
Acara makan pun selesai, setelah semua piring gelas di
pinggirkan…mulailah suasana kembali menghening, mbak Sulastri pun mulai
mengambil posisinya seperti seorang Ibu Guru yang mengajar di kelas…Kali ini
Mbak Sulastri mendongeng Tentang Sebuah Negeri di Awan….
Kami semua tertegun mendengarnya, di atas awan sana ternyata ada sebuah Negeri…..”sebagai
seorang bocah tentunya sangat khusyuk kami mendengarkan bait demi bait kata
yang keluar dari bibir mbak Sulastri…
“Adik-adik….kalian tau diatas awan sana ada suatu Negeri
yang besaar sekali dan disana juga terdapat sebuah Istana kedamaian…..ornag
orang yang ada di negeri itu semua terhindar dari kejahatan dan tidak ada yang mengalami
kesusahan…semuanya bahagia…Disana ada mainan, baju bagus, pokoknya semua orang
yang ada di negeri itu senang semua karena semua yang ia mau ada.”
“Di negeri itu nda ada berantem-berantem, nda ada yang
nangis-nangis, semua orangnya baik baik, cakep cakep…dan juga hamparannya subur
sekali…disana orang ngga perlu capek2 ngarit, ngga perlu ngangkatin batu untuk
mendapatkan uang….karena di negeri itu semuanya sudah pada kaya…” Mbak Sulastri
bercerita.
Waaaahhh….makin berfantasy otakku saat itu terdiam
membayangkan betapa indahnya negeri itu..
Dengan irama dan gerak tubuh mbak Sulastri dalam
menyampaikan kisah semakin menguatkan betapa negeri itu sungguh ada diatas sana….terus
saja aku menyimak dengan tertegun, Mbak sulastri pun melanjutkan cerita tentang
semua isi dari negeri itu yang semuanya indah.
“TAPI adik-adik….semua orang yang ada disana…awalnya tidak
serta merta langsung ada di negeri itu….semua orang yang ada di negeri itu awalnya adalah orang orang yang sama
seperti kalian…susah,menjalani kehidupan yang keras…terus bekerja keras,
memberikan yang terbaik dan menyenangkan orang tua. Mereka adalah orang orang
yang sabar, nda mudah menangis, tidak cengeng dan manja, mereka adalah orang
orang yang punya mimpi besar, dan trus berusaha mencari jalan bagaimana caranya
bisa sampai ke Negeri yang ada di awan itu…”
Reflek akupun bertanya “Mbak….caranya piye toh sampai kesana…Dimas
mau mba, jauh ngga mba jalan untuk sampai kesana…””? sebuah pertanyaan yang
tentunya polos sebagai seorang bocah…
Mbak Sulastri menjawab…..”caranya adalah kalian harus
menjadi orang yang baik, berguna, rajin sholat dan mengaji, terus bekerja
menggapai cita-cita…dan juga jangan lupakan sodara kalian lainnya…kalian harus
ikhlas dan rajin memberi terhadap sesame walaupun kalian susah…” itulah jalan
untuk sampai ke negeri itu…, dengan cara itu dengan sendirinya nanti kalian
akan sampai dan kaki kalian menapakkan di lantai Istana kedamaian di sana…jadi
dah nda ada sawah becek kaya disini….”
“Adik-adik…sekalian ada yang mau mbak sampaikan….ini adalah
cerita terakhir mbak untuk kalian, dan mbak berpesan klian harus sampai ke
Negeri itu ya….Mau Ngga..!!! Jawaab hayooo…mba sulastri bertanya…
Mauuu..!! jawab kami…..”Janji Yaaaa???....”Iya Mbaaak kami
menjawab lagi..
“Galuh, Lili, Dimas, Eko, Atmini, sama adik adik lainnya
semua….malam ini adalah malam terakhir mbak ada disini…sebab besok mbak harus
pergi ke Jakarta, dan berkat do’a kalian Mba akan pergi ke luar negeri untuk
Kerja di sana tepatnya di Arab Saudi untuk menjadi TKW…..” mba berharap adik-adik semua tetap semangat
belajarnya, ngajinya…nda boleh berantem, trus saling menyanyangi dengan teman
yang lainnya…
Sontak suasana malam itu berubah menjadi haru biru….kami
semua bersedih, Lili mengawali dengan sebuah tangisan sembari memeluk mba
Sulastri…berbeda denganku, Negeri di awan ini sudah sangat membiusku dalam
hitungan detik saja…tertanam dalam qolbu dan pikiranku…aku harus sampai kesana….!
Mbak Sulastri berangkat menuju Jakarta keesokan paginya, rencananya kami akan
ikut ke stasiun untuk mengantarkannya…bahkan diantara kami ada yang akan
memberikannya tanda mata walaupun tidak ada harganya to cukup bisa untuk
mengingatkan kami sebagai adik-adik muridnya. Aku tidak memiliki apa-apa untuk
mba Sulastri karena kondisi aku dan keluarga yang susah sekali, sehingga memang
rencanaku hanya untuk ikut mengantar saja ke stasiun.
Pagi pun tiba…pukul 06 pagi kami sudah berkumpul di pinggir
jalan raya…ada yang sudah siap dengan sepedahnya dan ada yang akan
mengantarkannya dengan berjalan kaki, aku termasuk yang berjalan kaki…stasiun
kereta api memang lokasinya dekat sekali dengan kampungku hanya 20 menit saja
untuk sampai ke stasiun dengan berjalan kaki.
Kami semua pun bersalaman dengan mbak Sulastri, seperti
adik-adiknya sendiri ia memeluk kami dengan erat sembari meneteskan air mata
perpisahan dengan kami…beberapa dari kami menyerahkan tanda mata seperti si
Lili dan Galuh yang memberikan selendang dan gelang jerami….disitu aku teringat
Kura-Kura….Yah..mbak lastri senang dengan kura –kura….aku pun balik badan dan
segera berlari di temani oleh eko menuju kolamnya Lili tempat kura-kura itu di
taruh kemarin…
Aku berlari sekuat tenaga untuk mengambil kura-kura itu lalu
kembali ke tempat tadi untuk menyerahkannya ke mbak Lastri……setelah sampai
kolam, kuambil kura-kura itu dan kumasukan dalam plastik tanpa sempat
mengikatnya, aku kembali berlari dan terus berlari berharap Mbak Lastri masih
ada disana….Ternyata benar saja tempat kami berkumpul tadi sudah sepi…semua
sudah menuju stasiun, aku pun berlari menuju stasiun mengambil jalan pintas
bersama eko, berlari sekuat tenaga aku menuju stasiun sepertinya sia sia…dari
kejauhan aku melihat kereta sudah mengepulkan asap tanda memulai perjalanan…dan
benar saja ternyata kereta itu bergerak,
aku mengambil jalan pintas lagi menuju rel untuk memotong laju kereta itu.
Tepat sekali sesampai di perpotongan Rel dengan kereta itu….aku
masih berlari karena kereta belum terlalu cepat lajunya, terus aku perhatikan
gerbong demi gerbong sambil kuteriakan…Mbak Lastri Kura-kuranyaaa…!!!! Mbak Lastri…Kura-kuramu
iki…!!.....trus saja aku berteriak itu namun sia sia…entah apakah mbak Sulastri
mendengarku atau tidak….atau mungkin mendengar namun tidak ingin melihatku…yang
jelas kura-kura ini masih ada dalam genggamanku…..
Aku pun kembali dengan membawa kura-kura itu di tangan….setidaknya
dengan kura-kura ini aku bisa selalu ingat dengan semua pesan yang mbak Lastri
berikan, dan juga aku akan selalu mengingat dirinya setiap melihat kura-kura……Satu
hal yang menjadi impian besarku yaitu sampai ke Negeri di awan…..!!
aku harus
bisa…AKU HARUSS
BISAAAA!!!!...................
”Mas…Mas Dimas….sudah mau Maghrib sebentar lagi, kalau mau sholat itu Sarung sama Sajadahnya sudah Bapak siapkan di Musholla, bawah…
”Mas…Mas Dimas….sudah mau Maghrib sebentar lagi, kalau mau sholat itu Sarung sama Sajadahnya sudah Bapak siapkan di Musholla, bawah…
Suara Pak Karman menyadarkanku dari bias Lamunanku tadi….”Oh
iya Pak Karman, trima kasih sekalian aja nanti berjamaah…ajak anak-anak Pak
Karman sekalian sholat di Musholla berjamaah sama saya…”
“Baik Mas Dimas” Pak Karman kembali turun kebawah….hmmm
ternyata lama juga aku tertegun dalam lamunan, kembali mengingat apa yang
pernah Mbak Sulastri berikan kepadaku….tadinya aku menafsirkan bahwa Negeri di
awan adalah kiasan dari sebuah Kesuksesan yang aku dapatkan sekarang dalam hal
materi….karena untuk apa yang aku rasakan sekarang ini, betul kata mbak Lastri
kulalui dengan perjuangan, kerja keras, kesabaran, dsb…tapi ternyata apa yang
dikatanyannya adalah lebih dari ini semua….
Apa yang diharapkan oleh Mbak Lastri tentang Negeri di Awan adalah Syurga yang luas yang didalamnya mengalir sungai sungai dan pohon dan berlimpah emas….bukan apa yang kudapatkan saat ini, menjadi orang baik, bagus sholatnya dan ngaji adalah kiasan adalah bahasa sedeerhana tuntunan syariat yang harus kujalani untuk sampai kesana….Pesannya untuk saling memberi kepada sesama, adalah nasihat agar aku tetap terjaga dalam bersedekah, sungguh semua itu aku mulai menyadarinya di akhir-akhir tahun belakangan ini….aku tidak tau dimana sekarang keberadaan Mbak Lastri saat ini, mungkin ia sudah sampai lebih dulu ke Negeri yang telah ia sampaikan kepadaku…masuk mebuka pintu pintu istananya lebih dulu disana…Ya Allah berikanlah kemuliaan dan kebaikan kepadanya serta rahmat untuk menjadi barisan orang-orang yang Kau cintai…
Apa yang diharapkan oleh Mbak Lastri tentang Negeri di Awan adalah Syurga yang luas yang didalamnya mengalir sungai sungai dan pohon dan berlimpah emas….bukan apa yang kudapatkan saat ini, menjadi orang baik, bagus sholatnya dan ngaji adalah kiasan adalah bahasa sedeerhana tuntunan syariat yang harus kujalani untuk sampai kesana….Pesannya untuk saling memberi kepada sesama, adalah nasihat agar aku tetap terjaga dalam bersedekah, sungguh semua itu aku mulai menyadarinya di akhir-akhir tahun belakangan ini….aku tidak tau dimana sekarang keberadaan Mbak Lastri saat ini, mungkin ia sudah sampai lebih dulu ke Negeri yang telah ia sampaikan kepadaku…masuk mebuka pintu pintu istananya lebih dulu disana…Ya Allah berikanlah kemuliaan dan kebaikan kepadanya serta rahmat untuk menjadi barisan orang-orang yang Kau cintai…
Adzan maghrib pun berkumandang….aku kembali meletakan buku
yang ada di dadaku yang blm sempat kubaca karena lamunan tadi, lalu bergegas
mengambil wudhu untuk melaksanakan Sholat Maghrib bersama Pak Karman dan
anak-anaknya….sambil berjalan aku pun tersenyum ke arah kura-kura..yang saat
itu kebetulan kura-kura itu sedang menghadap ke arahku….hatiku bergumam…ada
Mbak lastri disana….Terima Kasih Mbak Sulastriku……..
Sekian
Penulis: agus setiawan
Sungguh nasihat yang bijak dan dalam maknanya.. Penuturannya keren nih Mas Agus.
BalasHapus