AKU DAN SALABINTANA
Mendaki Ke Gunung Gede mungkin adalah hal yang paling tidak menarik dan membosankan bagi para pendaki yang sudah terbiasa menjajaki banyak gunung di negeri ini. Tapi itu tidak berlaku buatku, Jalur Cibodas dan Jalur Putri memang sudah termakan virus Hedonis ( jalur bukan orangnya loh..dan ini penilaian pribadi ya) semakin hilang keasrian jalur dan vegetasinya karena mengejar pertambahan target turis domestik untuk bisa mengapai Alun-alun Surya Kencana.
Alhamdulillah masih ada jalur yang masih bertahan keasrian
vegetasinya dari dulu hingga kini untuk menuju ke Gunung Gede Pangrango,
dengan mendaki tanpa kehilangan esensi mendakinya. Jalur SALABINTANA Pondok
Halimun…yaa ini adalah salah satu Jalur Favoritku, aku suka sekali melewati
jalur ini...banyak kenangan yang sangat indah yang aku miliki ketika pertama kali melalui jalur ini 7 Tahun silam..Silih
bergantinya waktu, terakhir aku mendaki melaluinya lagi di tahun 2010, membuat kerinduan akan jalur itu suka muncul tiba tiba menjadi sebuah panggilan sampai
akhirnya Salabintana kembali memanggilku pada tanggal 26 Oktober 2013 untuk
bersama merajut kasih dan menengguk segelas kopi didalamnya.
MYQURAN salah satu Forum Komunitas Muslim Internet terbesar di Indonesia melalui sayap bidangnya
MYQPALA (MYQURAN PECINTA ALAM) dalam agenda akhir tahunnya membuka Open Trip
Pendakian Ke Gunung Gede-Pangrango pada Tanggal 26-27 Oktober lalu. Banyak persiapan
dan pengumuman serta persayratan yang terpublish melalui websitenya, Aku
merupakan salah satu member di grup Myqpala namun kurang begitu aktif dan
begitu berpengalaman didalamnya. Namun bersama teman-teman di Myqpala yang
semuanya kebanyakan anak muda, menjadi sangat menyenangkan karena mempunyai
semangat yang double disetiap event event trip pendakiannya. Saya pun mendaftar
dan berusaha menjadi bagian dalam pendakian itu, maka dibukalah Polling Tujuan
dengan 3 pilihan Jalur, namun pastinya hati saya ada dijalur Salabintana, namun
lantaran saya adalah peserta dan memang rencananya hanya ingin refreshing body untuk mendaki kembali ya saya memilih apapun
hasil pilihan pollingnya. Namun setelah melihat Polling tujuan pun terputusnkan
melalui Cibodas walaupun ada satu orang yang memilih via SALABINTA yaitu PAK
SEEGED yang beliau sendiri merupakan Ketua Umum dari grup Myqpala, dalam hati
saya berbisik (Sejati sekali ini si Seeged sebagai Pendaki sekaligus Ketua).
Peserta Pendaki Akhwat MyQpala |
Berjalannya waktu dan proses berjalan dengan kendala dan
kerumitannya yang di lakukan oleh panitia, masalah2 muncul dalam perjalanan
proses perijinan dsb, Entah Kenapa JALUR INI seperti sebuah TAKDIR, ternyata
semua rencana berbalik 180derajat berubah rencana..rencana pendakian via
Cibodas beralih menjadi Via SALABINTANA karena secara administratif SIMAKSI
naik melalui Cibodas Batal dan Cacat dimata Hukum (Lebay he..he..he) antah
barantah itu proses pokoknya akhirnya diputuskan hanya Jalur Salabintana yang
bisa dilalui pada tanggal itu, dan ketika para panitaia mencoba rembugan
bersama para peserta saya pun denga riang gembira meng Amini perjalan itu,….
kangen gilaa...
Riang Pelepasan di Markaz
MyQuran
Waktu Pendakian tiba, Perjalanan menuju Salabintana dimulai
dari Markaz MyQuran di Margonda Depok. Saya sebagai peserta tadinya coba untuk
sedikit santai menuju ke titik kumpul tersebut, karena ini perjalanan malam
pastinya siangnya aku masih harus melakukan banyak aktifitas pekerjaan di
kantor untuk diselesaikan. Sesampai di Markaz, sudah berkumpul beberapa peserta
lain sedang packing dan bersiap siap dengan bawaannya. Aku tersenyum melihat
bentuk ransel hasil packingan peserta yang berbagai macam bentuk rupa..akhir
mulailah perkenalan singkat dan oborolan ringan dan ternyata pendakian kali ini
adalah pendakian perdana dan akan jadi pengalaman pertama mendaki gunung, wow
pantas saja ranselnya berat dan jadi sangat artistic sekali bentuknya…FAJAR dan
BAYU adalah pemilik ransel Tersebut..akupun mulai coba membantu membongkar
beberapa ransel setelah mencoba menimbangnya dengan perkiraan dan kemudian
mempacking ulang Ransel mereka. Karena disana ada RULLY, PAK HASAN dan beberapa
pengurus Harian Markaz maka suasana malam itu jadi sangat hangat karena mereka
itu orangnya lucu lucu, dari wajahnya aja udah lucu kaya Rully dan Ariyadi…akhirnya
diluar rencana terjadilah training pembekalan singkat mempacking dan
memfungsikan tools dan tali ransel saat dipergunakan kepada beberapa pesrta
disitu sambil tertawa gembira.
Selang beberapa waktu kemudian kumpulah semua peserta di Markaz, dan mulailah dibuka Sesi pembukaan oleh Pak Hasan selaku Pengurus Harian dan sambutan pelepasan perjalanan oleh Presiden Myquran langsung Pak Iaff (ngga tau nama lengkapnya) lalu pembukaan dari Koordinator umum trip Azami Mabruri.. Naah Loh disini ada poin yang ngga gada diperencanaan kok ada sesi Serah terima Bendera tanda pemberian amanah selaku Ketua selama perjalanan (padahal aku cuma peserta saja,sedangkan ketuanya dah ada Azami dari MyQuran) bendera diberikan kepada saya dan bertanggung jawab terhadap rombongan serta apapun yang terjadi selama perjalanan…ya sudahlah tidak ada masalah sebab saya melihat semua ekspresi peserta pada malam itu adalah ekspresi2 bersemangat pastinya akan lebih mudah di arahkan, lagipula segala perkap untuk mengatasi segala kemungkinan kemungkinan sudah saya siapkan secara pribadi. Pelepasan selesai dan peserta pun mulai menaiki Tronton satu persatu pukul 23.00 wib di Markaz Myquran.
Selang beberapa waktu kemudian kumpulah semua peserta di Markaz, dan mulailah dibuka Sesi pembukaan oleh Pak Hasan selaku Pengurus Harian dan sambutan pelepasan perjalanan oleh Presiden Myquran langsung Pak Iaff (ngga tau nama lengkapnya) lalu pembukaan dari Koordinator umum trip Azami Mabruri.. Naah Loh disini ada poin yang ngga gada diperencanaan kok ada sesi Serah terima Bendera tanda pemberian amanah selaku Ketua selama perjalanan (padahal aku cuma peserta saja,sedangkan ketuanya dah ada Azami dari MyQuran) bendera diberikan kepada saya dan bertanggung jawab terhadap rombongan serta apapun yang terjadi selama perjalanan…ya sudahlah tidak ada masalah sebab saya melihat semua ekspresi peserta pada malam itu adalah ekspresi2 bersemangat pastinya akan lebih mudah di arahkan, lagipula segala perkap untuk mengatasi segala kemungkinan kemungkinan sudah saya siapkan secara pribadi. Pelepasan selesai dan peserta pun mulai menaiki Tronton satu persatu pukul 23.00 wib di Markaz Myquran.
Penyematan Tugas dan bendera perjalanan |
Peserta Khusyu di markaz |
Tronton di Malam itu
Tepat pukul 23.00 Tronton yang dikendarai oleh pak Sudarno dengan muatan 18 orang peserta
beserta ranselnya mulai meninggalkan Markaz di margonda dan melesat membelah
malam Margonda menuju Sukabumi. Aku duduk didepan bersama Azami saat itu di
tronton, harapannya bisa tidur dulu selama perjalanan 4 jam setengah itu namun
apa mau dikata, sang driver pak Darno ini orang suka sekali bercerita tentang
perjalanan hidup. Sebagai pendengar yang baik, aku pun menyimak dan menimpali
menjadi sebuah obrolan selama perjalanan tersebut bersama pak darno, walaupun
disampingku si Azami tampak lelap oleh kantuk akibat getaran tronton dan angin
sejuk perjalanan.
Aku menjadi orang yang paling beruntung di Tronton itu, karena aku mendapatkan semua cerita Hikmah kejujuran yang nyata yang terjadi dalam kehidupan pak Darno dan lingkup Kerjanya di Angkatan Udara. Hikmah bertugas dengan Jujur, hikmah sedekah, dan hikmah cerita cinta antara dirinya dengan istri dan keluarganya.
Pukul 3.30 wib Tronton mulai memasuki perkebunan Teh Nusantara VIII Goalpara pondok Halimun, jalanannya begitu senyap, menanjak khas cipelang dan sedikit rusak…Pak Darno Berkata selama 23 tahun saya nyupirin Tronton ini nganter rombongan, Cuma Baru Kali ini saya nganter Rombongan Ke Salabintana untuk Naikgunung lewat jalur ini…kalau nganter peserta atau tamu2 kemping atau wisata ke Pondok Halimun ini sering tapi Nganter Rombongan untuk mendaki gunung lewat jalur ini ya Baru kali ini….aneh banget ya, memang jarang sih….aku tersenyum mendengarnya dan sedikit bercerita kenapa jalur ini begitu jarang untuk dilewati ke pak darno sambil pak Darnonya berusaha keras mengendalikan setirnya kekiri dan kekanan melintasi perkebunan.
Aku menjadi orang yang paling beruntung di Tronton itu, karena aku mendapatkan semua cerita Hikmah kejujuran yang nyata yang terjadi dalam kehidupan pak Darno dan lingkup Kerjanya di Angkatan Udara. Hikmah bertugas dengan Jujur, hikmah sedekah, dan hikmah cerita cinta antara dirinya dengan istri dan keluarganya.
Pukul 3.30 wib Tronton mulai memasuki perkebunan Teh Nusantara VIII Goalpara pondok Halimun, jalanannya begitu senyap, menanjak khas cipelang dan sedikit rusak…Pak Darno Berkata selama 23 tahun saya nyupirin Tronton ini nganter rombongan, Cuma Baru Kali ini saya nganter Rombongan Ke Salabintana untuk Naikgunung lewat jalur ini…kalau nganter peserta atau tamu2 kemping atau wisata ke Pondok Halimun ini sering tapi Nganter Rombongan untuk mendaki gunung lewat jalur ini ya Baru kali ini….aneh banget ya, memang jarang sih….aku tersenyum mendengarnya dan sedikit bercerita kenapa jalur ini begitu jarang untuk dilewati ke pak darno sambil pak Darnonya berusaha keras mengendalikan setirnya kekiri dan kekanan melintasi perkebunan.
Tronton sesaat meninggalkan Markaz |
DINI Hari Pondok
Halimun
Alhamdulillah pukul 03.45 kami sampai di Cipelang Pondok
Halimun, seluruh meserta turun kemudian merapat ke sebuah warung untuk
beristirahat menunggu pagi sambil mengecek ulang perlengkapan mereka. Segelas
Bandrek susu hangat menjadi pesanan utamakusetiap sampai ke warung atau
basecamp puncak dimana saja (udah jadi kebiasaan juga) terus sambil memeriksa
kembali perkap ulang agar pagi aku sudah tidak lagi disibukan dengan urusan
ransel.
Tanpa disadari waktu menunjukan shubuh, kemudian peserta mulai bergantian kamar mandi untuk berwudhu dan kemudian berjamaah sholat shubuh. Pasca Sholat mulai lah pertanyaan ringan mulai keluar..seperti “diatas dinginnya kayak gini ngga yaa??”…hihihi soalnya pondok halimun saat itu memang sudah sangat dingin, peserta sudah menggunakan jacketnya disini walaupun beberapa tidak.
Penampilan peserta kali ini unik unik..ada yang Pake Baju Koko kaya si Fajar (baru kali ini saya naik gunung liat orang mau mendaki pake baju koko), ada yang Lengkap seperti berada di Taman PARIS PERANCIS berjaket lengkap matching berwarna dengan SYAL di Leher dan Sepatu Boot Krisbow berujung besi berwarna kuning dikaki seperti Pak Hasan (Piss ye Om Hasan)…!! ada lagi yang Ganteng sekali penampilannya seperti Azami wooow kereen…aku Cuma bilang Nikmati aja dinginnya nanti dan rasakan sendiri hehehehe…akhirnya di jeda waktu setelah shubuh sampai pagi hari itu aku gunakan untuk tidur di depan bale warung untuk persiapan stamina.
Tanpa disadari waktu menunjukan shubuh, kemudian peserta mulai bergantian kamar mandi untuk berwudhu dan kemudian berjamaah sholat shubuh. Pasca Sholat mulai lah pertanyaan ringan mulai keluar..seperti “diatas dinginnya kayak gini ngga yaa??”…hihihi soalnya pondok halimun saat itu memang sudah sangat dingin, peserta sudah menggunakan jacketnya disini walaupun beberapa tidak.
Penampilan peserta kali ini unik unik..ada yang Pake Baju Koko kaya si Fajar (baru kali ini saya naik gunung liat orang mau mendaki pake baju koko), ada yang Lengkap seperti berada di Taman PARIS PERANCIS berjaket lengkap matching berwarna dengan SYAL di Leher dan Sepatu Boot Krisbow berujung besi berwarna kuning dikaki seperti Pak Hasan (Piss ye Om Hasan)…!! ada lagi yang Ganteng sekali penampilannya seperti Azami wooow kereen…aku Cuma bilang Nikmati aja dinginnya nanti dan rasakan sendiri hehehehe…akhirnya di jeda waktu setelah shubuh sampai pagi hari itu aku gunakan untuk tidur di depan bale warung untuk persiapan stamina.
Ice Breaking Pagi di
Halimun
Kang…kang Agus…berangkat jam berapa…?? Om hasan
membangunkanku”…sontak aku bangun dari tidur dan kulihat Gshock teman waktuku
yang sudah menemani berbagai trip selama 3 tahun menunjukan pukul 06.15, lalu
ku bangun dan striching sedikit lalu meminta kepada semua peserta untuk bersiap
siap untuk memulai perjalanan.
Striching dan pembekalan singkat menggunakan ransel yang baik dan benar |
Muqodimmah perjalanan |
Pukul 06.30 peserta sudah mulai berkumpul membentuk
Lingkaran di depan lapangan parkir untuk
saling berkenalan, karena ketua perjalanan ini sudah diamanahkan kepadaku maka
peserta sepenuhnya menjadi tanggung jawabku di perjalanan…hal yang pertama
harus aku lakukan adalah mencoba mengenali karakter peserta dari cara mereka
berbicara dan mengenalkan diri , untuk melihat gambaran dan memasukannya dalam perhitungan
manajemen perjalanan. Mulailah perkenalan dilakukan dan secara keseluruhan
belum ada yang pernah melalui Jalur ini, dan 6 orang diantaranya merupakan
pemula dan trip ini menjadi pengalaman barunya,dalam mendaki. 18 orang dalam
tim ini dengan berbagai macam latar belakang…Peserta Prianya Azami, Hasan , Baim,
Hamzah, Zul, Rendi, Bayu, Fajar, Dian, Adri dan aku sendiri Agus. Sedangkan
Wanitanya Aliyah, Shofie, Isya, Rini, Lia, Ida, dan atiyah.
Setelah perkenalkan sedikit aku memberikan pembekalan tip
menggunakan ransel dengan benar dan membagi beban, kemudian dilanjutkan dengan memberikan
beberapa wejangan gambaran tentang jalur Salabintana ini pesan yang harus tertanam didalam otak para
peserta pertama adalah..
·
Jalur Salabintana ini sangat Panjang….lalui saja
jalur itu dengan Riang Gembira…, Surya kencana dan Puncak adalah bonus yang
paling terpenting adalah bagaimana kita sabar dalam menapaki jalurnyanya
keatas.
·
Tidak Panik saat pertama kali berkenalan dengan
Pacet, karena pacet merupakan bagian dari pecinta alam
·
Jangan Mengeluh, banyak bertanya mana ujungnya…
·
Dan senantiasa Tetap Kompak…
Setelah semua selesai dipaparkan aku pun memulai perjalanan
dengan komposisi BAIM dan Hamzah didepan sebagai Advance dan Aku sendiri
sebagai sweeper di belakang. Duet BAIM dan HAMZAH ini sangat menyenangkan dan
sangat bisa diandalkan, karena memiliki latar belakang outdoor juga mereka
berdua bisa memfungsikan diri menjadi berbagai macam posisi sesuai yang di
tugaskan..sampai Dapur Umum pun lihai sekali ditambah kelucuan dan
kekonyolannya bisa menjadi pembangkit semangat para peserta.
FIRST WEDDING
ANNIVERSARY Moment
Woow…ada yang istimewa didalam kepesertaan kali ini ada
sepasang Suami Istri yaitu Om Hasan dan Mba Shofie yang mereka memutuskan momen
trip ini adalah untuk merayakan ulang tahun pernikahan yang pertamanya,
berharap trip ini menjadi pengalaman dan hadiah indah bagi masing-masing
dirinya…(Kalau OmHasan Baca…INDAH Ngga
ya Om Hasaan?? Hah ha haha).
Om Hasan sudah pernah melaksanakan trip outdoor sebelumnya
yaitu ke tegal panjang, sedangkan mba shofie baru pertama kali ini menjajal apa
yang namanya dunia pendakian…ngga heran beberapa minggu sebelumnya mereka
kompak untuk lari pagi dan balap lari untuk mempersiapkan pendakian ini.
PHANTERA DAN MULA
PENDAKIAN
Semua telah bersiap, formasi pun telah siap…lalu kami
memulai perjalanan menuju Phantera. Phantera adalah nama Posko Valounteer untuk
menandatangani dan memeriksa simaksi di Pos satu awal pendakian. Namun setiba
di Phantera tidak ada satu orang pun yng berada di pos tersebut, disana sudah
terdapat beberapa rombongan pendaki lain dari UI, Sukabumi, dan grup bebas.
Aku pun menunggu dan memberikan toleransi 20 menit untuk menunggu, tak lama berselang pendaki lain dari grup bebas memulai perjalanan tanpa mengurus perijinan simaksi dan melanjutkannya lantaran petugas ngga datang datang. Aku masih bersabar dan coba untuk menunggunya lagi, akhirnya 20 menit berselang petugas tidak hadir juga, karena waktu semakin siang kuputuskan berangkat tanpa menandatangani izin pos (nanti di pos pulang aku siap berdebat habis di pos cibodas bila simaksi ini jadi masalah).
Pukul 07.20 wib Peserta Mulai berjalan di awali oleh Baim..aku masih menunggu Om Hasan dengan sepatu Boot kuningnya dibelakang mempersiapkan kamera untuk mengabadikan perjalanan (Beliau tukang jepratt jepret dokumentasinya), lalu aku dan 3 orang didepanku pun menyambung barisan perjalanan…setelah sampai di pintu jalur..benar saja rombongan depan salah mengambil jalur, pintu jalur ke surya kencana ini memang tidak terlihat karena memotong jalur utama menuju curug ..banyak sekali pendaki yang nyasar diawal perjalanan ini termasuk Grup Bebas yang lebih dahulu jalan didepan kami tadi…mereka nyasar selama 2 Jam kearah air terjun, kami baru mengetahuinya setelah saat bertemu di suryakencana. Aku meniup Pluit memanggil baim dan peserta yang lebih dulu jalan untuk kembali dan masuk ke jalur sesungguhnya.
Aku pun menunggu dan memberikan toleransi 20 menit untuk menunggu, tak lama berselang pendaki lain dari grup bebas memulai perjalanan tanpa mengurus perijinan simaksi dan melanjutkannya lantaran petugas ngga datang datang. Aku masih bersabar dan coba untuk menunggunya lagi, akhirnya 20 menit berselang petugas tidak hadir juga, karena waktu semakin siang kuputuskan berangkat tanpa menandatangani izin pos (nanti di pos pulang aku siap berdebat habis di pos cibodas bila simaksi ini jadi masalah).
Pos Pantera |
Pukul 07.20 wib Peserta Mulai berjalan di awali oleh Baim..aku masih menunggu Om Hasan dengan sepatu Boot kuningnya dibelakang mempersiapkan kamera untuk mengabadikan perjalanan (Beliau tukang jepratt jepret dokumentasinya), lalu aku dan 3 orang didepanku pun menyambung barisan perjalanan…setelah sampai di pintu jalur..benar saja rombongan depan salah mengambil jalur, pintu jalur ke surya kencana ini memang tidak terlihat karena memotong jalur utama menuju curug ..banyak sekali pendaki yang nyasar diawal perjalanan ini termasuk Grup Bebas yang lebih dahulu jalan didepan kami tadi…mereka nyasar selama 2 Jam kearah air terjun, kami baru mengetahuinya setelah saat bertemu di suryakencana. Aku meniup Pluit memanggil baim dan peserta yang lebih dulu jalan untuk kembali dan masuk ke jalur sesungguhnya.
Jalur Salabintana adalah Punggungan satu arah yang curam
kiri dan kanannya, sehingga untuk melaluinya peserta harus berbaris antri
melalui jalan setapak punggungan itu.
HOREE PACEET….
Sebelumnya aku sudah memberikan wejangan soal pacet baik
dampat dan rasa gigitannya…dari yang biasa sampe yang penyembuhaannya lebih
dari 6 bulan…awalnya banyak rasa geli, penasaran takut dan lain sebagainya,
sampai pada akhirnya..mulailah drama pacet dimulai. Satu persatu pacet menempel
di tubuh peserta, baik ikhwannya maupun akhwatnya..darah pun mulai
mengalir di beberapa bagian, dari yang
sudah menempel di kulit sampai yang masih menempel di baju, celana maupun
sepatu.
Uniknya saat itu pacet menjadi suatu bahan seru seruan, yang awalnya di takuti saat ini menjadi bagian cerita lucu dalam perjalanan…pokoknya setiap ada pacet nempel pasti rame suasananya, ada yang jaim jaim berani tapi gemeter pas nyentil pacetnya kaya Azami di awal awal, macem macem kelakuan dari peserta ketika mereka berkenalan dengan pacet.
Uniknya saat itu pacet menjadi suatu bahan seru seruan, yang awalnya di takuti saat ini menjadi bagian cerita lucu dalam perjalanan…pokoknya setiap ada pacet nempel pasti rame suasananya, ada yang jaim jaim berani tapi gemeter pas nyentil pacetnya kaya Azami di awal awal, macem macem kelakuan dari peserta ketika mereka berkenalan dengan pacet.
Memulai perkenalan dengan keluarga pacet |
GRUP KOMPAK SAMPAI POS SIMPANG CIGEBER
Dari awal perjalanan hingga Pos simpang Cigeber seluruh
pesrta masih kompak dan riang gembira, bercanda penuh tawa dan sangat menikmati
perjalanan. Beberapa kali sempat mengabadikannya melalui kamera Om Hasan
dibelakang, padahal.
Dari start awal perjalanan kami jarang bertemu dengan sinar matahari karena lebatnya vegetasi di jalur salabintana ini, aku sangat suka udaranya ..sangat menembus paru paru, seperti biasa aku tetap dalam ritmeku dalam berjalan dan tetap memperhatikan jam, karena patokan waktu dari pos ke pos menjadi tolak ukur sampainya tujuan dengan cepat. Sampai menuju Simpang Cigeber walaupun masih kompak dan semangat tapi secara waktu sudah meleset banyak sekali dari perencanaanku, Yang secara Estimasi sampai di simpang cigeber ini pukul 11.00 tapi ini kami baru bisa lengkap semua terkumpul di Pos ini pukul 14.00 wib (meleset 3 jam). Karena saat ini pergerakan Om Hasan, Adri, dan Mba Shofie yang berada dibelakang sudah mulai melambat lantaran mulai kelelahan.
Dari start awal perjalanan kami jarang bertemu dengan sinar matahari karena lebatnya vegetasi di jalur salabintana ini, aku sangat suka udaranya ..sangat menembus paru paru, seperti biasa aku tetap dalam ritmeku dalam berjalan dan tetap memperhatikan jam, karena patokan waktu dari pos ke pos menjadi tolak ukur sampainya tujuan dengan cepat. Sampai menuju Simpang Cigeber walaupun masih kompak dan semangat tapi secara waktu sudah meleset banyak sekali dari perencanaanku, Yang secara Estimasi sampai di simpang cigeber ini pukul 11.00 tapi ini kami baru bisa lengkap semua terkumpul di Pos ini pukul 14.00 wib (meleset 3 jam). Karena saat ini pergerakan Om Hasan, Adri, dan Mba Shofie yang berada dibelakang sudah mulai melambat lantaran mulai kelelahan.
Nikmat di Cigeber |
Setiba di Cigeber kami membuka cemilan ringan, beristirahat
dan foto bersama…masih ada tawa disini dan candaan candaan sambil beristirahat.
20 menit kemudian Aku putuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju ke pos Cileutik yang menjadi sumber air satu satunya
di jalur salabintana. Estimasiku untuk mencapai kesana itu sekitar 1,5 jam maka
formasi masih tetap kulanjutkan, bahkan si Baim dan Hamzah kuberikan
tugas..sampailah ke Cileutik lebih dulu dan buatkan Makanan dan minuman untuk
rombongan setelahnya yang dibelakang, yang ditengah tetap jaga barisan liat
belakangnya.
DRAMA PUN DIMULAI
Selepas dari Simpang cigeber satu per satu permasalahan
mulai terjadi, mulai dari terputusnya barisan hingga kondisi Om Hasan dan Mba
Shofie yang semakin melemah. Dibelakan hanya tersisa Ida, Mba Shofie, Adri, Om
Hasan dan Aku Sendiri. Ritme langkah sudah semakin berat dan banyak berhenti,
ayunan pun sudah semakin di seret, namun aku hanya akan menjawab “SEDIKIT LAGI
kok ayo pelan pelan aja, istirahat juga ngga apa apa”!.. bila mereka bertanya
Masih JAUH NGGA POS AIRNYA. (SELALU PHP yang aku berikan agar didalam pikiran
mereka ada semangat).
Aku lihat kembali jamku..perencanaan sudah melesat lebih dari satu jam, dua jam perjalanan kami masih belum bertemu dengan pos air…serta sisa dari grup kami yang terputus di depan, walau sduah diteriakan namanya, menggunakan pluit dan sebagainya.
Aku lihat kembali jamku..perencanaan sudah melesat lebih dari satu jam, dua jam perjalanan kami masih belum bertemu dengan pos air…serta sisa dari grup kami yang terputus di depan, walau sduah diteriakan namanya, menggunakan pluit dan sebagainya.
“Mba Shofie…Kerilnya lepas aja biar aku yang bawakan,…aku
coba menawarkan diri untuk mengurangi beban mba Shofie! Namun sampai beberapa
kali mba Shofie masih menolak tawaranku untuk membawakan kerilnya (aku sih tau,
pasti mba Shofie ga mau ngerepotin orang dan mungkin juga kaisan juga ngeliat
aku dah bawa keril berat)...
Aku sendiri menggunakan keril yang sangat besar bahkan terbesar dari seluruh peserta berisi 2 tenda dan logistic serta peralatan antispatif lengkap dan darurat untuk hal hal yang tidak diinginkan. Berat ranselku bukan berat sembarangan melainkan sudah ditakar tanpa diketahu peserta, karena dalam Dunia Pendakian itu keberhasilan kita mendaki adalah bagaimana kita menyiapkan manajemen perbekalan dan manajemen perjalanan serta tahu akan dengan siapa kita mendaki…!!
Aku sendiri menggunakan keril yang sangat besar bahkan terbesar dari seluruh peserta berisi 2 tenda dan logistic serta peralatan antispatif lengkap dan darurat untuk hal hal yang tidak diinginkan. Berat ranselku bukan berat sembarangan melainkan sudah ditakar tanpa diketahu peserta, karena dalam Dunia Pendakian itu keberhasilan kita mendaki adalah bagaimana kita menyiapkan manajemen perbekalan dan manajemen perjalanan serta tahu akan dengan siapa kita mendaki…!!
Kerilku walaupun berisi penuh barang tapi beratnya di
kisaran 18kg…artinya ada space sekitar 7-8 kilo untuk dipaksakan ada beban
tambahan di tubuhku, dan itu memang sudah aku siapakan dalam trip ini. Lagi
kutawarkan ke mba Shofie….
”Mba sudah mba lepas aja kerilnya biar aku yang bawa, namun mba Shofie tetap menolak (disini aku memaklumi, toh aku yakin nanti pada titik tertinggi kekuatannya melemah itu keril juga pasti akan lepas juga)…kali ini suasana di grup kami sangat hening, sudah tidak ada suara lemas semua…
Om Hasan sudah tidak kuat untuk membawa apapun lagi, dia sudah fokus dengan ritme dengan dirinya dan sudah sampai batas maksimal kekuatan dirinya saat itu…jalan sudah diseret, nafas tidak beraturan dan hamper 2-3 menit sekali break. Kondisi Jalur sudah 40 derajat kemiringannya tanpa bonus untuk menuju ke Cileutik.
”Mba sudah mba lepas aja kerilnya biar aku yang bawa, namun mba Shofie tetap menolak (disini aku memaklumi, toh aku yakin nanti pada titik tertinggi kekuatannya melemah itu keril juga pasti akan lepas juga)…kali ini suasana di grup kami sangat hening, sudah tidak ada suara lemas semua…
Om Hasan sudah tidak kuat untuk membawa apapun lagi, dia sudah fokus dengan ritme dengan dirinya dan sudah sampai batas maksimal kekuatan dirinya saat itu…jalan sudah diseret, nafas tidak beraturan dan hamper 2-3 menit sekali break. Kondisi Jalur sudah 40 derajat kemiringannya tanpa bonus untuk menuju ke Cileutik.
Beruntung sekali ada Ida yang masuk dalam sisa bagian grup
yang tertinggal, akhwat satu ini punya fisik dan psikis yang bagus dan bisa
mempertarahankan ritme. Ida membantu setiap pergerakan mba shofie, dari
memegang sampai mengarahkan tanah mana yang harus di injak…aku hanya mendengar
suara Ida yang tidak redup mendampingi sisa grup terputus ini, karena saat itu
hanya ida yang bisa kuandalkan, akhirnya ida menjadi peserta yang membantu
untuk membangkitkan semangat dan sebagainya.
Setapak demi setapak perjalan trus dilalui, semua perkataan
ku sudah dianggap PHPdan menyebalkan kalau pos air itu sudah dekat..toh ga
sampe sampe juga ketika dijalanin….hingga pada akhirnya Kuputuskan Break
istirahat. Kami berlima berhenti di tengah jalur setapak, Om Hasan sudah
terlentang ambruk menyelonjorkan kakinya, Adri juga begitu, lalu mba shofie dan
kemudian Ida….Aku dibelakang tidak menyinggung lagi soal perjalanan, tapi mulai
fokus kea rah antisipasi dan mulai berfikir kemungkinan kemungkinan terjelek.
Aku bilang kepada Mba Shofie, Ida, Adri dan Om Hasan…”Ok Tujuan kita perpendek, bukan lagi suryakencana untuk sore ini…!! Surya kencana bisa lanjut besok pagi, tapi tolong bersabar dan terus berjalan hingga Pos Air, kalau dah disana jika memang tidak kuat kita nginap disana dan lanjutkan besok…”
Aku bilang kepada Mba Shofie, Ida, Adri dan Om Hasan…”Ok Tujuan kita perpendek, bukan lagi suryakencana untuk sore ini…!! Surya kencana bisa lanjut besok pagi, tapi tolong bersabar dan terus berjalan hingga Pos Air, kalau dah disana jika memang tidak kuat kita nginap disana dan lanjutkan besok…”
Itu yang aku katakan kepada mereka, namun hanya Ida yang
merespon dengan suara, selebihnya hanya isyarat mata karena sudah sangat
kelelahan.
Adri meminta menginap disini namun aku jelaskan bahwa tidak bisa karena kita hanya memiliki sebotol air saja, jadi semangatkan diri lagi hati kita untuk mau tabah dan mau bergerak menuju ke pos air walau lambat.
Adri meminta menginap disini namun aku jelaskan bahwa tidak bisa karena kita hanya memiliki sebotol air saja, jadi semangatkan diri lagi hati kita untuk mau tabah dan mau bergerak menuju ke pos air walau lambat.
10 menit berselang Mba Shofie, Om Hasan dan Adri mulai
menggigil, tapi yang menjadi fokusku adalah mba shofie, karena melihat dari
gerakannya sudah mengarah ke Hypotermia. Akhirnya segera kubakarkan parapin
untuk membuat api unggun kecil untuk menghangatkan udara, sambil kumasakan air
hangat susu untuk kuberikan kepada peserta yang menggigil itu. Sambil memasak
untuk mengahngat suasanana juga Aku menyanyikan 2 buah lagu mars untuk
menyemangati (bodo amat suaranya enak apa ngga) di iringi tepukan tangan Ida
mengiringi lagu yang aku nyanyikan…he he he, suasana hening pecah dan mulai
berubah kembali menjadi sebuah energi.
Setelah kondisi menjadi sedikit lebih baik…langsung kuminta
mereka bersiap kembali dan melanjutkan perjalanan dan lagi lagi ketanamkan
kepada mereka sebuah kata Ayo jalani dengan Riang, dan jangan mengeluh…Sabar…
membuat api dan membuat susu untuk Mba Sofie (krem) menggigil...Ida (ungu) |
Kata-kata “Jalani dengan riang…Jangan Mengeluh…Tabah…dan
sabar” bila sudah tertanam dan sampai mengalir ke pikiran bawah sadar, maka itu
akan mengunci diri kita utnuk tidak menjadi sangat lemah dan bisa lebih ikhlas
menjalaninya.
Kulihat jam menunjukan pukul 16.30 WIB (sudah meleset jauh,
seharusnya pukul 15.00 sudah bertemu
dengan Pos Air), namun aku berusaha tetap tenang dan berusaha meyakinkan kepada
Om Hasan dan Mba Shofie serta 2 orang lainnya bahwa pos air tidak lama lagi. Aku
tawarkan lagi ke Mba Shofie agar kerilnya aku bawakan,Kali Ini Mba Shofie sudah
bisa lebih ikhlas dengan hatinya yang akhirnya mau memberikan Ranselnya
kepadaku untuk dibawakan walaupun sambil bilang ga enak takut ngerepotin…padahal
aku dah bilang, Laah emang aku ada buat direpotin (dan tidak ada masalah memang
fungsinya begitu). Perjalanan dilanjutkan, sambil berjalan menyeret kaki, Ida,
mba Shofie, adri dan om Hasan kembali menemukan ritmenya dalam berjalan. Kini
tinggal aku yang kesulitan, sebab keril mba Shofie sangat mengganguku berjalan,
posisinya ku tarus depan berhadapan dengan diriku, saat itu aku sedikit mulai
dis orientasi dan mulai tidak bisa fokus dan tenang lantaran sulitnya mengatu
injakan, nafas dan setelan kerilnya agar pas dipunggungku..hasilnya sangat
menguras tenaga...Huuuuuffhh…(tenang tenang dan tenang…aku coba membisikan
otakku yang mulai memancing mancing untuk membuka peluang emosi)
DiSORIENTASI....
Ku lihat depan akhirnya semakin Komplit disorientasiku
setelah melihat Aku sudah terputus dengan peserta. Awalnya Mba Shofie dan ida yang mengilang entah kemana, apakah
sudah bertemu dangan air atau pun belum aku tak tahu....dipanggil tidak
menjawab, tinggal Om hasan saja berdua yang tersisa di
belakang. Aku tiupkan peluit tidak ada balasan, lalu teriakan panggilan juga
tidak ada balesan. Om Hasan walaupun berjalan tertatih dia masih terus bergerak
setelah istirahat tadi, dan pada akhirnya jarak antara aku dan Om Hasan pun
menjadi sangat jauh sampai pada akhirnya Om Hasan Hilang sudah dari depan
mataku, hingga kupanggil pun tidak membalas juga. Aku berjalan tinggal
sendirian, Pergerakanku sendiri menjadi sangat lambat lantaran memanggul keril
mba shofie di depan…akhir aku putuskan untuk menyeret itu keril seperti menyeret
kambing tidak lagi di gendong, karena setelan talinya sulit sekali diatur di
pundakku.
Pikiran kekhawatiran mulai muncul di benakku akan kondisi Om
Hasa dan Mba Shofie….aku tidak tau bagaimana kondisi Mba Shofie dan Ida…lalu Om
Hasan dan Adri saat itu, tadinya aku sudah merencanakan 30 menit aku berjalan tidak menemukan mereka…
maka aku akan meninggalkan keril di jalan (pastinya di tempat yg aman dulu)
lalu mengejar Om Hasan dan Mba Shofie sampe ketemu lalu kudirikan tenda agar
mereka berhenti dari perjalanan, kemudian aku balik lagi mengambil kerilnya
yang kutinggal di jalan tadi…karena yang jadi prioritas pikiranku adalah
keselamatan dan kesehatan mereka dulu saat itu.
Alhamdulillah menjelang 30 menit kemudian ada bunyi suara
orang yang turun mendekatiku…ternyata si Bayu dan Baim yang turun untuk
membantuku,..lalu kutanya apa Mba Shofie ma Om Hasan dah aman…Aman dah sampai
kata baim tenang aja” dah saya diriin tenda dan masakin air buat jaga2 kalau
tiba2 jelek cuacanya…”Bagus ujarku ke Baim sambil menyerahkan Kerilnya ma
Shofie untuk dibawakan.
CILEUTIK DAN INSIDENNYA
Di Pos Air Lengkap Sudah Grup berkumpul tanpa ada yang
kurang kulihat jam sudah menujukan pukul 17.00 WIB (Seharusnya menurut perhitungan dasarkutiba
di Pos Cigeber pukul 11.00 dan di Cileutik puku 14.00 wib lalu tiba di Surya
Kencana pukul 16.00) tapi itu meleseet semua. Dasar perhitunganku itu buat
pribadiku saja sebenernya, apapun kondisi rill dilapangan ya di jalani saja
sesampainya dan bagaimana sesuai kondisi peserta. Setiba di Pos Air kulihat Om
Hasan sudah nyaman beristirahat, lalu aku langsung mengambil wudhu untuk Sholat…menjamak
Zhuhur dengan Ashar, setelaha itu membuat Api dan memasaak makanan untuk diriku
sendiri sebab teman2 yang lain sudah pada makan lebih dulu. Dari beberapa
akhwat mengeluarkan lontong dan orek kepada kami yang samapai terakhir di pos
tersebut…disana suasana sudah lebih riang, candaan candaan dan ketawaan
menghangatkan suasana. Duet Baim dan Hamzah memang cocok dalam menciptakan
kekonyolan tawaan terhadap bayu…sehingga tanpa sadar rasa lelah yang teramat
sangat yng ada pada peserta sedikit sedikit mulai terlupakan.
Setelah makan dan kulihat kondisi seluruh peserta udah lebih
baik, Kuputuskan dan kuumumkan bahwa perjalanan menuju Suryakencana dilanjutkan
saat ini juga....Keluarkan Senter, Jas Hujan, dan apapun yang mudah untuk
dijangkau bila tiba2 tiba saja cuaca memburuk, saat itu memang kondisi angin
dan kabut sduah turun sampe ke Cileutik. Dingin sekali suasana sore itu,
setelah semuanya bersiap…pasukan kukumpulkan dan kuberikan masukan agar kembali
Meluruskan niat,…banyak beristighfar karena sudah banyak bercanda dan tertawa
di pos ini, berdoa dan berharap sampai ke Surya kencana dengan aman dan
selamat.
Kali Ini Formasi ku ubah dan Kuberikan ketegesan….Baim
Didepan diiikuti akhwat lalu Hamzah, diikuti Fajar, zul dan seterusnya sampai
Kepada Om Hasan dan Aku terakhir. Barisan harus terus RAPAT dan tidak TERPUTUS,
Barisan adalah saudara…Tiba di Suryakencana harus bersama sama dan lengkap
tidak kurang satupun anggota, Keril Mba Sofie di Rolling bersama-sama di
ikhwannya, TIDAK boleh Mengeluh dan banyak bertanya..Tabah dan bersabarlah…..!!
Akhirnya tepat pukul 18.00 wib dalam kondisi yang sudah gelap
disana kami melanjutkan perjalanan, senter sudah menyala semua dan pergerakan
di mulai..Baim mengawali dengan mengarahkan arah kepada para akhwat yang
mengikuti di belakangnya. Kami berbaris rapih sekali dengan cahaya senter yang
menyala rata disertai semangat baru pasca istirahat besar…dari belakang aku
masih dapat melihat bagian depan dari rombongan.... karena untuk meninggalkan pos cileutik
ini kita harus turun menyebrangi selokan sungai kecil kemudian menaiki lereng curam
letter U untuk mengitari gundukan bukit disamping kanan jalurnya...
5 Menit dari pergerakan awal kemudian terdengar terdengar teriakan dari arah depan…ASTAGFIRULLAH…saut menyaut di barisan akhwat…..Aku sontak reflek menyorot kearah kerumunan dan Kulihat ada seseorang akhwat dan senternya terguling dan jatuh ke JURANG…..AAaaaahhhh….!!!......
5 Menit dari pergerakan awal kemudian terdengar terdengar teriakan dari arah depan…ASTAGFIRULLAH…saut menyaut di barisan akhwat…..Aku sontak reflek menyorot kearah kerumunan dan Kulihat ada seseorang akhwat dan senternya terguling dan jatuh ke JURANG…..AAaaaahhhh….!!!......
Bersambung ke Bag.2 klik >>……..>>>>>>>>>>> bag.2 Tamat
mantap...
BalasHapusterima kasih kang...open trip berikutnya ikut yaa..
HapusJadi guest star :v
BalasHapusbukan cuma guest star...novelnya juga ntar kalau dah finish...
HapusSeru kang Ceritanya, dramatisss, benar benar dramatis, ada dua tokoh utama disini, lebih menarik lagi jika ada catper penulis akhwat untuk menuliskan kisah sang tokoh ke dua, :D
BalasHapusrajin si abang nih..dah sempet2nya buat artikel...dahsyat perjalanannya
BalasHapuskalau punya insting nulis ya gini nih.....tangan gatel bawaannya buat cerita..
HapusDramatis bangett. . . ampe geletakan di tanah :D
BalasHapustambahin dong zull....mana catpermu..??
HapusMasukin di catoper di kaskus om..
BalasHapuskalau sudah lengkap fotonya pasti akan open publish....
BalasHapusga sabar nunggu kelanjutannya :)
BalasHapuscatper masih bersambung aja nih :)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus