Saat ini aku tidak sedang menceritakan bagaimana aku bisa
berada di laut dan pulau ini, yang jelas saat itu kami telah melalui perjalanan
yang teramat panjang dan melelahkan yang ketika aku coba menulisnya pun hingga
saat ini belum dapat menyelesaikannya karena terlalu banyak momentum dan
insiden yang terjadi saat perjalanan tersebut kami lakukan.
Apa yang anda pikrkan bila melihat poto dibawah ini, sebuah
gambaran manusia lusuh yang terajut hatinya dalam sebuah ikatan grup petualang
yang didalamnya tidak hanya terdapat beragam karakter tapi juga bagaimana kami
saling terikat dan menjaga sebuah nilai penting yaitu sebuah PERSAHABATAN.
Petualang Nusantara |
Aku ingin menceritakan satu bagian dalam perjalanan kami ini
yang sangat menarik dan menegangkan khususnya buat aku selaku orang yang
mengalaminya. Saat itu aku bersama para sahabat di Petualang Nusantara singgah
di Pulau Gili Trawangan Lombok. Sebuah pulau yang isinya sudah melenceng jauh
dari hakikat sebuah pulau kecil ditengah laut, didalamnya sudah sesak oleh gaya
dan serapan barat di tiap sudutnya. Mulai dari Bar, restoran, bikini, para Bule
yang moving hanya sekedar untuk berjemur dari pantai ke pantai, dan masih
banyak lagi. Kali ini aku juga tidak sedang menceritakan tentang keindahan
pulai Gili, melainkan dari sinilah cerita ini dimulai.
Mimpi tak Terbeli di Gili
Saat menyebrang dari Pelabuhan Padang Bay menuju Gili
Trawangan tentunya suasana hati kami saat itu begitu bergembira, ya tentu saja
karena sudah hampir 5 hari kami berjalan untuk berjelajah tanpa melihat laut…alangkah bahagia dan serunya berada di
sebuah perahu dan disekitarnya lautan jernih yang biru, walaupun beberapa kali
muncul mual di ulu hati untuk muntah karena mabuk laut.
Rencana kami menuju Pulau Gili Trawangan saat itu adalah
untuk Snorkling dengan tema perjalanan yang kami sepakati saat itu “Dari
3726mdpl to 0 mdpl” ya…dari ketinggian menuju ke titik terendah yaitu Laut.
Bernang dan menyelam di laut saat itu menjadi sebuah fatamorgana yang terus
berbayang selama kami berjalan di hari hari sebelumnya…dan kini sebentar lagi
semua itu akan terlaksana. Kami hanya memiliki waktu kurang lebih 6 jam di
Pulau ini, karena schedule waktu kami yang padat untuk singgah ketempat lain
dan mengandalkan Perahu.
Gili Trawangan
Masih Tampak Ceria |
Pukul 11.00 Kami tiba di Gili Trawangan…Bersurak Gembira,
mengambil beberapa poto di tempat persinggahan dan akhirnya kami mencari tempat
yang teduh untuk berkumpul.
Setelah beristirahat sejenak aku pun berdiri dan mengajak Age untuk mencari agen Snorkling yang pas untuk Kantong kami yang cekak dan sesuai dengan kondisi grup kami, akhirnya setelah 20 menit berkeliling sampailah aku pada sebuah spot Agen Snorkling dan sewa Boat. Aku mulai menego biaya untuk trip snorkeling kami, dan putuslah di harga 800rb untuk 4 jam snorkling di 5 spot dan 2 Pulau yaitu Pulau Gili Menuh, Gili Air.
Setelah beristirahat sejenak aku pun berdiri dan mengajak Age untuk mencari agen Snorkling yang pas untuk Kantong kami yang cekak dan sesuai dengan kondisi grup kami, akhirnya setelah 20 menit berkeliling sampailah aku pada sebuah spot Agen Snorkling dan sewa Boat. Aku mulai menego biaya untuk trip snorkeling kami, dan putuslah di harga 800rb untuk 4 jam snorkling di 5 spot dan 2 Pulau yaitu Pulau Gili Menuh, Gili Air.
DP pun terbayar aku segera memanggil teman teman untuk
merapat dan mempersiapkan perbekalan dan pakaian untuk menuju trip yang di
Rencanakan. Setelah melakasanakan Sholat Zuhur di sebuah musholla kecil yang
berada di sebuat rumah penduduk local di bagian yanga gak kedalam dari sisi
pulau…aku pun mengambil perlengkapanku untuk menyusul teman teman yang sudah
terlebih dahulu berada di Perahu. Olid dan Koto sudah menenteng semangka dan
Nanas untuk bekal perjalanan nanti di laut, soft drink dan makanan Ringan yang
sebelumnya kami belanjakan di minimarket sesaat sebelum sampai pelabuhan pun kami
naikan keatas perahu. Menurut kabar harga jajanan snakc di Gili trawangan
sangat mahal, maka itu kami antisipasi sebelumnya dengan belanja ditempat itu,
tentunya belanja snak yang murah, coz dana di kantong kami sudah mendekati
Empty.
Spot Pertama Gili Meno
Perahu Senorkling kami tampak Gorif memoto pemandangan sekitarnya |
Perahu mulai memutarkan baling balingnya menuju titik
pertama spot kami di Gili Meno. Sebenernya bukan di Gili menonya, tapi dekat
dengan Gili Meno tempat spot itu berada…berjalanan 30 menit ini sudah memulai
drama yang tidak mengenakan. Olid, Gorif, Edo, Dian sudah merasakan gejala
tidak enak di perut yaitu Mual hendak muntah lantaran Mabuk laut. Walaupun
belum berlangsung lama karena kami terlanjur samapai di spot pertama untuk
memulai snorkeling.
Jangkar pun ditambatkan..di spot ini suasana riang masih
meliputi grup kami, tawa canda, dan semangat powerfull yang berapi api. …
Gorip masih tampak Sehat |
Byuur…semua melompat dengan Pelampung, kacamata dan sepatu
kataknya ke laut…berenang dan menikmati karang bawah laut dengan kacamata
selangnya. Aku termasuk orang yang paling tidak biasa snorkeling menggunakan
pelampung, karena indah bagaimanapun di bawah laut itu tidak bisa dilihat
langsung dari dekat bila kita menggunakan pelampung. Sepatu katak..ya kalau
sepatu katak aku suka, karena ini sangat membantu pergerakan untk mendorong dan
menekan tubuh kita kedalam.
Di Spot ini aku sempat menyelam dan menyentuh Penyu dibawah
walaupun ngga kesampaian untuk memegang dan ikut mengambang bersamanya. Sayang
sekali pada momen ini tidak ada kamera air untuk mengabadikan apa yang terjadi
dibawah sana. Aku melihat Edo, Olied, Gorip, Juli, Gigsy, asyik memainkan kaki
dan tangannya di sebrangku. Aku tak pedul saat itu, momen ini harus kunikmati
sendiri untuk ketentraman jiwaku.
Spot Pertama |
20 menit berselang satu persatu dari kami kembali menaiki
perahu untuk menuju Spot berikutnya. Setelah sampai dan duduk diatas perahu,
lalu kemudian perahu bergerak bergantian dari kami mulai Muntah dan Menembakan
Jackpot (hahaha) mabuk laut ini rasanya semakin Ekstrim, perut ku pun mulai
berasa tidak enak, tidak habis pikir olehku dari Gunung ke Laut sungguh uedan
rasanya.
Spot Kedua Nyebur tanpa kelengkapan Grup.
15 menit kemudian kami sampai di Spot Kedua, yang berada di
tengah jauh dari Gili Meno dan Gili Air. Spot kali ini cukup dalam sekali,
namun terlihat karang dibawahnya lebih indah dari spot sebelumnya. Dispot ini
aku kembali meloncat dan menikmatinya hanya sajasebagian dari kami sudah tidak
bisa nyebur karena Mabuk Laut yang mulai Akut. Satu persatu Edo, Koto, Gorip
naik kembali ke Perhanu karena merasa mula dan pening di kepala saat mereka
nyebur di Spot kedua. Begitu juga kepalaku, rasanya angin yang ada di dalam
tubuhku naik keatas kepala sehingga lama kelamaan terasa pening di kepalaku
saat masih berada di air. Aku dan Baim menjadi orang yang terakhir naik ke
perahu mengikuti teman temanku yang semakin oleng untuk berdiri dan lebih dulu
berada di perahu.
Aku pun memutuskan untuk lanjutkan perjalanan ke Spot
berikutnya walaupun akau tidak tahu apakah kami akan kembali nyebur kelaut atau
tidak yang pasti perjalanan tetap dilanjutkan.
Spot 2 |
Mencekam di Perahu
10 menit meninggalkan Spot kedua suasana perahu kami sangat
tidak kondusif..Olid yang tergeletak seperti orang pingsan tidak berhenti
Muntahnya hingga mukanya memutih Pucat dan Lemas. Bahkan Pengemudi kapal pun
Panik dan memanggil diantara kami untuk memintak kami membantu kondisi Olid
yang sedemikian payahnya.
Apa Daya Gorip disebelahnya juga tersandar Lemas tak
berdaya, diapun sama muntah dan mabuk akut, didepannya Edo pun terlihat mual, Koto serta yang lainnya merasakah mual yang sama. Kulihat Dian juga sudah diam lemas
bersandar ke suaminya Baim lantaran mual mabuk laut juga. Aku pun merasakan
demikian rasanya seperti diaduk adduk perut sampai ulu hati..sengaja aku duduk di
depan kapal dan mencoba untuk tidur. Salah satu tips terbaik saat menhadapi
mabuk laut adalah tidur tenang dan tidak banyak bergerak. Suasana perahu saat
itu hening dan dingin lantaran saat itu semua daripada kami sedang merasakan
hal yang sama, berjuang dari rasa mual yang menyusahkan.
INSIDEN bermula di SPOT 3…Aku nyaris tenggelam
15 menit menuju spot 3 rasanya sepert 1 jam menyebrangi
Merak-Bakaheuni..lama sekali lantaran mabuk laut tadi. Di Spot 3 ini ombaknya
besar…Riak riak laut membuat kapal menjadi tidak tenang, terombang ambing kanan
dan kiri. Disini mesin perahu dimatikan namun perahu masih terus bergerak
mengikut terpaan riak gelombang. Pada titik ini memang perahu tidak bisa
langsung merapat ke pantai Gili Air lantaran posisi ombak dan arus serta
banyaknya perahu tambat disekitar yang mebuat perahu tidak bisa merapat.
Pada spot ini sebenernya tidak di gunakan untuk menyebur
untuk snorkeling, melainkan di spot ini perhau hanya diam dan penumpang cukup
berada di perahu untuk memberikan makan ikan. Karena di spot ini ikannya banyak
walaupun arus gelombangnya tidak tenang, sesekali perhau kami trombang ambing
kekanan dan kekiri naik dan turun membuat rasa mual semakin menjadi jadi.
Tiba-tiba sala seorang dari kami entah kerasukan atau apa
tanpa diduga duga si Gorip Melompat dari perahu ke laut yang saat itu mobak
riaknya tidak tenang. Konyolnya lagi dia nyebur dengan jaket pelampung yang
tidak dikenakan di badannya melainkan hanya dipegang layaknya memegang ban
Karet. Aku tau betul kemampuan renang Si Gorif yang terbatas hanya sekedar bisa
ngambang sebentar dan cepet lelah, ditambah lagi saat terakhir diliat kondisi
sedang payah lantaran Mabuk Laut.
Sontak kami yang ada di perahu terbengong bengong liat
kelakuan si Gorip…kami berpikir gorip sedang bercanda..!!
Olid, Srak (Gusrak adalah panggilanku)!....
srak, si gorip kenapa tuh…becanda apa…wah stress tuh
anak..!!
Semua pandangan tertuju ke gorip, begitu juga aku…..Srak…srak…srak
tolongin itu Gorip…tolongin itu Gorip..!!
Benar saja, Gorip terombang ambing di laut dan menjauhi
perahu…sesekali dia berteriak Woooi Toloong…!!
Aku merasakan betul kepanikannya, namun saat itu aku belum
mengetahui motifnya apa dia Loncat dari perahu?...apakah bunuh diri, apakah
cari sensasi, apakah ga kuat lagi mabuk laut,…apaakaaah…??? Ya sudahlah…
Srak…srak…srakk…tolongin
Sraak…akhir yaaa…Spontan Aku pun nyebur kelaut dan merusaha berenang
mendekati gorip untuk menyelamatkannya…!
Bodohnya aku saat itu tidak berfikir panjang…., yaah namanya
juga spontan Reflek, Aku berenang tanpa Pelampung, Sepatu Katak, dan Kacamata
selang…..Astagfirullah..!!
Saat berenang Otkau baru memberikan signal lantaran posisi
gorip semakin jauh dan jauh sekali
terombang ambing ombak! Rasanya aku tidak mungkin sampai menggapainya akhirnya
aku berbalik daaaaan kulihat jarak aku dan perahu sangat jaauh sekali….Waaah…saat
itu mulai muncul kepanikan dalam diriku..!!
Sambil berenang sambil zikir Subhanallah… subhanallah… subhanallah…..(gus
tenggelam kamu…tenggelam kamu ga dapet itu perahu ga kan sampe)…..bisik bisik
otak kiriku mulai menggerogoti diriku…
Benar saja…perahu semakin sulit di capai, dan tangan serta
kakiku rasanya puool capeek sekali…lemas, sesekali aku berhenti mengambang dan
lanjut lagi renang…tanpa daya lemas sekali rasanya…
Saat itu memang perahu tidak bisa langsung berputar
menjemputku karena posisinya dan ombak yang tidak memungkinkan, kalau bisa toh aku
ga akan repot repot untuk nyelamatin gorip. Aku ngga tau apa yang dipikirkan
teman temanku yang berada di atas perahu…apakah mereka berfikir saat itu aku
baik baik saja atau sedang bercanda, yang jelas saat berada di tengah asa saat
aku berusaha mengambang tiba tiba seutas tali panjang berwarna biru
mengambang didekatku…daan ternyata itu
adalah tali yang di lemparkan dari perahu awalnya untuk mnarik Gorif, lantaran
panjangnya tali hanya sampai pada
posisiku berenang saat itu (dalam hatiku
berujah…Waah Pertolongan Allah nih..Subhanallah)…
Akhirnya aku menuju tali yang mengambang itu dan kuraihnya….setelah kencang dalam genggaman, lalu sedikit demi sedikit aku menarik tali tersebut yang mengikat ke perahu dan Alhamdulillah selamat lah aku berada kembali diatas perahu.
Akhirnya aku menuju tali yang mengambang itu dan kuraihnya….setelah kencang dalam genggaman, lalu sedikit demi sedikit aku menarik tali tersebut yang mengikat ke perahu dan Alhamdulillah selamat lah aku berada kembali diatas perahu.
Saat tiba diatas perahu, kulihat wajah-wajah lemas dan datar
teman temanku seolah tidak terjadi apa-apa…(beeuh mereka ngga tau apa kalau gw
mau tenggelem tadi…hedeeuuh). Aku beristirahat sejenak untuk mengambil nafas,
lalu minum softdrink yang ku bawa…lalu kembali kulihat Gorif…jaraknya semakiin
jaauh…dan sepertinya dia juga sedang berusaha melawan arus untuk mendorong
badannya menuju Pulau.
Perlu diketahui Posisi perahu kami dengan pulau Air sekitar
500-700 meter ke pantai dengan riak ombak yang deras saat itu. Gorif sepertinya
sudah tidak memungkinkan untuk mendorong bandannya untuk kembali menuju perahu
lantaran arusnya beralawanan, akan sangat menyulitkan…Tetapi sepertinya bila
berenang masih bisa menuju ke posisi Gorif dibantu dengan arus riak ombak.
Teman-teman seperahu kembali memintaku untuk menyelamatkan
Gorif, akupun tidak sampai hati melihat sahabatku terombang ambing dalam
kondisi lemas seperti itu…
Jaket pelampung kukenakan, Sepatu Katak, dan Kacamata
selangnya lengkap terpasang….ini misi penyelamatan bung bukan tes renang…huuffhh…ceroboh
sekali aku tadi…
Hitungan 1…2…3….JEDDUKKKK…BYUUURR..!!! aku kembali berada di
air, namun cerobohnya saat melompat tadi adalah…Sepatu katakku nyangkut di
Tangga Perahu, alhasil tangganya ikut nyebur bersamakuu..!!!...(Haddduuuuhh…aya
aya wae….Dosa apee Lo Gor, susah amat diselamatin)..!!
Huufffhhtt…Sudahlah aku tidak peduli saat itu, aku pun
bereneng dan berenang kea rah gorip dengan sekuat tenaga….
Sampai Akhirnyaa…huuffhhhtt, capek bangeeet ya Allah….ngejar Gorip ga sampe sampe ditengah
ombak…keliatannya sudah dekat tapi ketika di perjelas lagi…masih jauh dan ga sampe
sampe…Akhirnya menyerahlah aku sudaah…Upaya untuk menyelamatkan Gorip….
Pandanganku mulai Kabur…Kulihat perahu, sudah terlalu
jauh..tidak mungkin untuk kembali kesana , satu hal yang paling memungkinkan
adalah menuju ke Pantai Gili Air, lantaran ombaknya sejalan dengan tubuhku
berada. Walau jaraknya jauh, kembali aku mencoba berkontemplasi dengan diriku
sendiri, mengobrol dan memikirkan yang indah indah, mencoba untuk tenang dan
sabar, berpikir positif dan yakin akan sampai ke pantai dengan aman…
Spanjang ayuhan kakiku berenang menuju pantai aku melihat
kabel panjang meliuk liuk di dasar laut, sepertinya itu adalah kabel listrik
bawah laut untuk mengaliri listrik dari Lombok ke Gili Air. Saat berenang itu
tak lama kemudian aku melihat Tangga Perhau yang tadi ikut terjun bersamaku
dari Kapal mengambang tidak jauh dariku, seonggok tangga kayu seukuran
pinggangku berwarna biru trombang ambing mengambang 10 meter dari posisiku
berada.
Sekali Lagi….ini misi penyelamatan, Penyelamatan Gorif telah
gagal…namun apa salahnya menyelamatkan Tangga perahu…Ya Ngga? Toh itu kalau
diuangkan dan di dendakan oleh pihak perahu kepada kami karena telah
menghilangkan tangga…nahloh berapa duit yang harus kami keluarkan..?
Akhirnya kuraih tangga itu dan menyelamatkannya….Rasanya
sulit digambarkan, bayangkan saja..tangan lemas kaki lemas…sambil mengayuh kaki
dengan sisa sisa tetangga tapi sambil menarik tangga..! Aku jadi ingat kondisi
seperti ini saat Pendidikan Dasar Wanadri 2012 dimana Aku harus bernang
menyebrangi Situ lembang sambil menarik Keril…Lelahnya lebih lebih…namun dari
situlah aku mengenal bagaimana untuk bersikap tabah dan tenang..
Kuayuh terus sepatu katakku, sampai rasanya seperti tidur
dan bermimpi saking khusynya pikiran ini melalanglang buana ditempat lain tanpa
fokus kalau diri ini sedang berenang menuju tepiann….Akhirnya 20 menit kemudian
sampailah aku di bibir pantai. Lemaaas sekali rasanya, kurebahkan badanku
telantang menghadap matahari…kulepaskan sepatu katakku pelan pelan dengan kaki,
begitu juga jacketku. Sepertinya aku sempat tertidur sejenak saat itu karena
lelah luar biasa…Gorif…dimana Gorif…sahabat satuku itu sudah tidak lagi ada
dalam lintasan benakku saat itu yang ada lessss…tiduurr..!
10 menitan aku tertidur telentang di bibir pantai..saat
kubangun kulihat di kejauhan perahuku bergerak menuju Utara Pulau karena perahu
hanya bisa disandarkan disana..ya sudahlah yang penting masih terlihat dan aku
selamat…begitu Juga dengan Tangga biru ini ikut selamat. Aku berdiri
dan berjalan tertatih menuju Utara Pulau ini, dan Alhamdulillah ternyata
Gorif selamat dia terdampar lemas di Utara Pulau Gili dengan keadaan terlentang
seperti posisiku. Hingga beberapa jam dia masih traumatic tidak bisa diajak
fokus berbicara, kepalanya masih berat dan tubuhnya masih merasakan Lemas dan
Mual.
Setelah perahu bersandar..teman teman pun membawa Gorip ke
sebuah Gubukan resto untuk mengistirahatkanya…dan merecovery tubuhnya. Aku pun
dengan langkah juntai menuju ke Gubukan tersebut sambil menyeret tangga untuk
di serahkan ke pengemudi kapal….Teman teman memeluku ceria dan bersoraak…
Gussraak…Lo emang Penyelamat Tangga yang luar biasa…..!!!
SUNGGUH
KONYOL Bukann…!
Tragedi Tangga hingga saat ini menjadi cerita manis bagi
kami hingga saat ini bila berkumpul.bersama lagi kami selalu tertawa bila
mengenang Peristiwa itu.
*Hingga kini masih belum diketahui apa motif sahabatku itu menceburkan dirinya ke laut..di Gili Air saat itu
*Hingga kini masih belum diketahui apa motif sahabatku itu menceburkan dirinya ke laut..di Gili Air saat itu
0 comments:
Posting Komentar