Banyak cara bagi para pendaki dalam menikmati perjalanan
saaat mendaki gunung yang dituju, sehingga waktu singkat beberapa hari biasanya
sangat meninggalkan kesan yang hangat didalam diri selain daripada keindahan
gunung itu sendiri. Mendaki bersama kelompok maupun tim biasanya menciptakan
kedekatan kedekatan emosi lantaran pada saat itu bukan hanya sekedar pertemuan
antara satu insan dengan insan yang lain tapi juga membentuk satu ikatan dan
pengenalan karakter untuk bersama saling merasakan beban dan permasalahan yang
sama. Namun tidak sedikit juga yang justru sebaliknya, ada yang kapok atau
menyesal setelah mengikuti kegiatan pendakian yang pada awalnya tidak ada
kesiapan dalam menjalani pendakian atau memang salah dalam menempatkan tujuan
dari melakukan aktivitas pendakian.
Berikut ini saya mencoba berbagi pengalaman dan memberikan tips bagaimana marasakan
nikmatnya mendaki dengan perasaan yang tenang, riang dan terus mendapatkan
hikmah dari setiap hal yang dilewati saat perjalanan.
Pertama,
Bangunlah dan ciptakan rasa suka dan cinta dulu dengan
aktivitas ini, rasakan betapa berharganya diri ini menjadi bagian dari indahnya
semesta dan kita ada didalamnya. Ketika kita berada di gunung atau hutan dalam
perjalanan, walaupun biasanya dalam kelompok banyak bercanda maupun tertawa cobalah
siapkan waktu pribadi beberapa saat saja agar kamu berkontemplasi dengan diri
kamu sendiri, lalu berusahalah munculkanlah cinta dihatimu untuk membentuk
ikatan ruh antara diri kamu dan Ciptaan Allah yang Maha Indah. Rasakan dengan
hikmah udara dinginnya yang kamu hirup, sentuh daun daun hijau dan lumut basah
agar rasa dari alam ini menular kedalam tubuh. Lihat dengan seksama view indah
di sekelilingmu yang dengan mata kita bisa membuat bibir ini tersenyum,
perhatikan jalan tanah setapak yang kita injak dan nikmati tiap injakan kaki
kita...terus, terus, dan teruslah bangun cinta dan ikat hati kita agar diri
kita bisa sangat menikmati keberadaan kita ini ditengah alam semesta yang telah
Allah ciptakan untuk kita dan siapkan untuk kita belajar darinya tentang
kebesara-Nya.
Bila rasa ini sudah terbenam dan menjadi simpul dihatimu,
maka kamu akan merasakan perjalanan yang mengasyikan yang mungkin teman
seperjalananmu tidak merasakan seperti apa yang kita rasakan dalam hal kelembutan
hati memaknai perjalanan, bahkan rasa rindu untuk kembali dan kembali lagi
bersinggungan dengan alam akan terus memburumu disaat kamu sedang tidak
melaksanakannya.
Kedua,
Mengukur Diri, Kita sangat mengenal diri kita sendiri,
kebiasaan, batas kemampuan, serta kekurangan. Kadang hal-hal tersebut menjadi
masalah dalam menikmati perjalanan lantaran kita tidak jujur dan malu untuk
mensharing masalah kita kepada rekan lain disaat kita sudah merasakan sesuatu
tidak enak saat perjalanan.
Untuk mensiasatinya adalah…ketika kamu akan mengikuti sebuah
trip, persiapkanlah segala persiapan untuk menutupi kelemahan dan kekuranganmu,
pertama dalam hal perlengkapan, seperti tidak tahan dingin, ransel yang tidak
tepat, punya alergi, atau penyakit
khusus, dsb, maka maksimalkan usaha untuk mencari perlengkapan yang bisa
membantu mengatasi masalah itu. Kemudian Lihat siapa rekan perjalananmu, bila
kiranya rekan perjalanan kita mumpuni secara pengalaman dan teknis dsb, serta
memiliki karakter yang mau berbgai serta memiliki tanggung jawab tinggi, maka
ikutlah…jangan sungkan untuk jujur mengatakan kebiasaan jelekmu, kekurangan,
penyakit serta minta tolong disaat tidak kuat saat perjalanan..kadanga rasa
sungkan, malu dan gengsi bisa menjadikan perjalanan menjadi sangat berat
menyiksa tubuh. Tim atau kelompok yang baik merupakan salah satu factor
terciptanya kenyamanan dalam perjalanan pendakianmu…Jangan sembrono ya, tau
dirimu penuh kekurangan, tapi memaksakan naik gunug dengan rekan yang masa
bodoh dan tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman.
Ketiga
Mendakilah dengan Ceria dan Riang Gembira. Apapun masalahnya
yang kamu dapatkan dalam perjalanan, berusahalah selalu untuk tetap ceria dan
riang gembira, kenapa…karena dengan begitu akan memunculkan energy positif kita
untuk menghindarkan diri dari sikap mengeluh dan memunculkan sugesti yang
bermacam macam. Nikmatilah perjalana bagaimanapun caranya, tak perlulah banyak
bertanya…masih jauhkah, masih lamakah, kapan sampainya,….usahakanlah untuk
terus melangkah dengan menikmati perjalanan itu, bila lelah istirahat, bila
lapar makanlah, bila harus membuka tenda ya silahkan membuka tenda…nikmati
saja, toh perlengkapan yang kita bawa dan siapkan sangat memadai untuk apapun
keputusan kita berhenti ditengah jalan lalu kemudian melanjutakannya di waktu
selajutnya. Kadang ego dan obsesi sampai puncak yang menggebu membuat makna
pendakian yang nikmat itu menjadi hilang. Kalau pribadi saya, Puncak adalah
Bonus dan Takdir Allah, yang terpenting adalah memaknai perjalanan menujunya,
mengambil hikmah di tiap yang dilaluinya, dan merasakan kebersamaan
persaudaraan saat menjalaninya sambil terus berusaha maksimal menuju puncak. Bila
kondisi fisik sudah menurun pancinglah keceriaan dengan menyanyi, berpuisi,
megeluarkan joke, atau murojaah hafalan qur’an bila itu bisa membangkitkan
keceriaan.
Keempat
Cobalah Memasak sesuatu yang tidak membosankan dari setiap kali
pendakian, misalkan cobalah sesekali memasak masakan menu yang berbeda selain
dari mie instan, misalkan capcay, telor, daging, sayuran, rendang, dsb,
tentunya itu sudah dipersiapkan dan direncanakan akan Masak besar di atas
gunung, lalu disajikan dengan cara menggelarnya diatas wadah datar berisi nasi,
ikan teri, krupuk,dsn, kemudian dinikmati bersama sama. Cobalah rasakan
sensasinya maka kamu akan merasakan perjalanan itu begitu nikmat dan
mengesankan.
Kelima,
Eksplorasi Budaya dan Sejarah, ketika mendaki janganlah hanya sekedar mendaki, tapi kenali
juga sejarah lokal dan peradaban dari gunung itu sendiri, catat simpan dan
renungi..bila dalam perjalanan terdapat petilasan petilasan, atau spot spot
yang memang meiliki nilai sejarah, jangan sungkan didekati, dan kunjungi…rasakan
ketika berada area tersebut kamu sedang berada pada masa sejarahnya dalam tokoh
dipetilasan ataupun spot bersejarah tersebut, pastinya nilai nilai kebudayaan
dan sejarah dari nusantara ini bisa terserap dan meninggalkan bekas dan muncul
rasa cinta tanah air yang lebih dari biasanya. Mengunjungi bukan untuk muja
atau berniat meminta berkah dan wangsit yaa….
Keenam,
Bersikap Tenang, ya pertahankanlah sikap ketenangan selama
perjalanan, dalam kondisi apapun. tekanlah emosi dan sikap sikap yang dapat
membangkitkan emosi, karena sikap tenang itu bisa menghasilkan keputusan dan
pendapat yang lebih baik dari yang baik. Tenanglah dalam menyikapi hal hal yang
diluar kendali seperti rekan kesurupan, hypothermia, tersesat, jatuh,
cidera,dsb, meskipun pada akhirnya berakhir pada penyelamatan SAR atau lembaga
relawan dengan ketenangan itu kita bisa memberikan informasi dan kronologi yang
baik dan tepat tidak mengakibatkan munculnya informasi yang simpang siur dan
salah.
Demikian tips singkat yang bisa saya sampaikan, cobalah maka
kamu akan merasakan bagaimana rasanya mmenjadi insan yang selalu Jatuh Cinta
kepada Semesta melalui alam ciptaan Allah SWT yang memang sudah seharusnya kita
menjadi bagian didalamnya untuk selalu terus mengenalnya.
-Agus Setiawan-
pas baca berasa masuk kedalam cerita, didalam perjalan mendaki gunung . . . keren mass lanjut gan
BalasHapus18-20 April kemarin baru dri Gn gede Pangrango...Pegalnya msh terasa.. Rasa Syukur sya Haturkan Untuk Sang Maha Pencipta Allah SWT Atas karunia alam yang maha tak ternilai..
BalasHapusRay Gustian...sudah kan rasa cinta dari semua keindahan semedta merasuk kedalam sendi sendi tubuh..? kalau dah ngerasain siap siap tinggal rasa rindu untuk kembali lagi ke gunung menghantui..he he he
BalasHapusCintai semua ciptaan tuhan maka kita akan menikmati hidup ini
BalasHapus